Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

KS menunggang yen

Pt krakatau steel untuk 1986 produksinya mencapai 1,1 juta ton baja. separuh dari seluruh volume ekspornya dikirim ke jepang. sisanya ke eropa barat, as muangthai & singapura. mampu menyaingi jepang. (eb)

13 Desember 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORANG boleh bilang 1986 sebagai tahun macan. Tapi istilah itu tidak berlaku bagi Krakatau Steel (KS). Buktinya, bukan hanya nilai ekspor yang melonjak, tapi volume produksinya pun dari tahun ke tahun semakin mendaki. Kamis pekan lalu, misalnya, produksi KS mencapai yang ke-1.000.000 ton -- dan diduga tahun ini produksi akan mencapai 1,1 juta ton. Satu jumlah produksi yang belum pernah dicapai di tahun-tahun sebelumnya. Tidak hanya itu, tahun ini KS juga akan bisa menikmati keuntungan sebagai hasil jerih payahnya. Sebuah kenikmatan yang baru akan dirasakan, sejak beroperasi enam tahun yang lalu -- kendati belum jelas benar, berapa laba yang akan diraih KS. "Yang jelas, kami pasti untung, dan itu baru akan diumumkan awal April nanti," kata Tungky Ariwibowo, Direktur Utama KS. Banyak faktor yang menunjang munculnya laba itu, memang. Tapi salah satu yang cukup menonjol adalah pendapatan yang diperoleh dari nilai ekspor yang meningkat. Pada 1985, misalnya, KS hanya berhasil mengekspor 156 ribu ton baja senilai US$ 31 juta. Angka ini meningkat menjadi 253 ribu ton pada tahun ini dengan nilai US$ 57 juta. Ini berarti ekspor KS naik 85% dalam setahun. Bahkan untuk 1987, ekspor baja KS diperkirakan akan naik jadi US$ 75 juta, atau naik sekitar 31%. Tentu saja, sukses yang dicapai KS tidak semata karena raksasa baja ini sudah bisa bekerja efisien. Semakin kuatnya yen terhadap dolar AS, misalnya, yang pada September lalu masih 240 yen per dolar, dan kini menjadi 150 yen per dolar, merupakan situasi yang sangat menguntungkan bagi ekspor KS. Maklum, sekitar separuh dari seluruh volume ekspornya memang ditodongkan ke arah Negeri Sakura. Sementara itu, sisanya dilempar ke negara-negara Eropa Barat, Amerika, Muangthai dan Singapura. Wajar kalau KS begitu menggebu mengincar pasar ekspor. Sebab, selain merasa mampu bersaing dengan industri baja lokal Jepang, "Kami juga mampu bersaing dengan produsen-produsen dari Brasil dan Venezuela," ujar Ari. Kecuali dengan baja dari Korea dan Taiwan, "Kami kalah harga dari mereka, sebab jarak yang mereka tempuh lebih dekat," ujarnya lebih lanjut. Untungnya, sektor industri yang dipasok KS berlainan dengan mereka. Korea dan Taiwan memasok untuk sektor industri modern, sedangkan baja KS lebih banyak masuk ke industri konstruksi. Tidak hanya sampai di situ. Mulai tahun depan KS juga merencanakan untuk mengekspor besi betonnya ke Hong Kong dan RRC. Kebijaksanaan ini diambil tidak hanya karena ada peluang untuk ekspor? tapi juga dipengaruhi oleh semakin ciutnya pasar besi beton yang disebabkan oleh lesunya industri konstruksi dalam negeri -- menyusul jatuhnya harga minyak. "Persaingan besi beton di dalam negeri sudah sangat ketat," ujarnya. Kalau KS bisa tertawa tidak demikian halnya yang terjadi dengan industri baja Jepang. Menurut laporan pemerintah, sampai September lalu, lima perusahaan industri baja utama Jepang (termasuk Nippon Steel) ditimpa defisit 184 milyar yen, atau sekitar US$ 1,2 milyar. Dari angka itu, 44 milyar yen di antaranya merupakan defisit yang diderita pabrik baja terbesar di Jepang, Nippon Steel -- yang kini hanya bekerja 90% dari kapasitas terpasang. Ini disebabkan masuknya baja impor, seperti dari KS, yang harganya 15% lebih murah dalam yen. Sementara itu, industri lokal semakin sulit untuk bekerja efisien karena biaya produksi menanjak. Akibatnya? Seperti biasa, PHK merupakan jalan terakhir untuk mempertahankan hidup. Kobe Steel, misalnya, secara bertahap akan memecat enam ribu pekerjanya. Sedangkan Nippon Steel, selain akan mengurangi fasilitas produksinya dari 100 juta ton menjadi 90 juta ton per tahun, bulan ini akan memberhentikan sementara dua ribu pekerjanya. Bagaimana kalau situasi ini berlangsung terus? Nomura Securities, lembaga keuangan nonbank, memperkirakan, bila industri baja Jepang ingin bertahan, PHK minimal harus terjadi atas 100 ribu pekerja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus