Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Anindya Bakrie menggelar musyawarah luar biasa untuk merebut kursi Ketua Umum Kadin.
Arsjad Rasjid terdepak dari kantornya dan mengungsi ke sejumlah tempat.
Aburizal Bakrie disebut punya andil dalam sengketa kursi Ketua Umum Kadin.
SEKRETARIAT Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pimpinan Arsjad Rasjid terpaksa mengungsi. Mereka menyewa tiga tempat sebagai kantor sementara, yaitu di Graha Bimasena, Gedung Patra Jasa, dan Hotel Artotel di Jakarta. Arsjad dan para pengurus Kadin yang loyal kepadanya mesti boyongan setelah kantor yang biasa mereka pakai di lantai 3 Menara Kadin, Kuningan, Jakarta Selatan, dikuasai orang-orang berbadan tegap yang diduga suruhan "kubu seberang".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kubu seberang yang dimaksud adalah pengurus Kadin yang menyelenggarakan musyawarah nasional luar biasa atau munaslub pada Sabtu, 14 September 2024. Munaslub itu menetapkan Anindya Bakrie sebagai Ketua Umum Kadin Indonesia 2024-2029, menggusur Arsjad yang terpilih dalam Musyawarah Nasional VIII di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada 30 Juni-2 Juli 2021. Sebelum munaslub, Anindya yang bersaing dengan Arsjad di Kendari menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Kadin 2021-2026. “Kadin bisa berkantor di mana saja,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Komunikasi dan Informatika Firlie Ganinduto pada Ahad, 15 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Selasa, 17 September, tepat pada hari pertama pengurus Kadin kubu Arsjad berkantor di tempat baru, mereka menggelar rapat besar atau townhall meeting secara online. “Banyak yang hadir,” tutur seorang pengusaha. Firlie mengklaim pelayanan pengurus Kadin versi Arsjad kepada para anggota organisasi tetap berjalan. Demikian pula kegiatan dengan para pemangku kebijakan, termasuk kedutaan negara sahabat atau organisasi internasional. “Business as usual,” ujarnya, berupaya meyakinkan bahwa Kadin tidak terganggu oleh munaslub kubu Anindya Bakrie.
Firlie Ganinduto. Foto/facebook
Dalam munaslub Kadin yang digelar di Hotel St. Regis, Jakarta Selatan, Anindya terpilih secara aklamasi. Panitia mengklaim sebanyak 21 pemimpin kamar dagang daerah dan 25 anggota luar biasa Kadin Indonesia memberi dukungan kepada putra sulung Aburizal Bakrie, pemilik grup usaha Bakrie, tersebut. Seusai acara, Anindya mengatakan hasil munaslub diharapkan akan membuahkan hubungan yang lebih baik antara lain dengan pemerintah. “Hari ini bukan hari yang spesial buat saya saja, tapi juga mudah-mudahan untuk ekonomi Indonesia,” ucapnya.
Ketua Sidang Munaslub Kadin 2024, Nurdin Halid, mengatakan forum sepakat Anindya tidak hanya meneruskan masa jabatan Arsjad sampai 2026, tapi juga akan memimpin selama satu periode penuh. “Masa bakti yang ditetapkan adalah 2024-2029.” Selain memilih ketua, Munaslub Kadin 2024 menyatakan kepengurusan Arsjad berakhir. Mereka menolak laporan pertanggungjawaban kepengurusan Arsjad.
Arsjad menyayangkan penyelenggaraan munaslub yang ilegal. Ia menilai kegiatan itu sebagai upaya individu dan kelompok mengambil alih kepemimpinan Kadin dengan menyalahi aturan. “Kegiatan munaslub atas nama Kadin Indonesia itu tidak sah,” tuturnya. Arsjad menegaskan, Kadin Indonesia dan mayoritas pengurus kamar dagang provinsi tidak mengakui hasil munaslub.
•••
KASAK-KUSUK bakal diadakannya Musyawarah Nasional Luar Biasa Kamar Dagang dan Industri Indonesia mencuat sekitar lima bulan lalu. Sepotong pembicaraan antara Mulyadi Jayabaya, Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Ekonomi Daerah Kadin Indonesia, dan Anindya Bakrie di sela acara Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, April 2024, tak sengaja terekam dan bocor ke kalangan pengusaha. Jayabaya membenarkan ada pembicaraan itu. “Saya sampaikan bahwa kami mau mengadakan munaslub,” katanya pada Kamis, 19 September 2024. Tapi, ia menambahkan, Anindya tidak ikut merancang musyawarah itu. “Saya dan kadin provinsi (yang merancang).”
Mulyadi Jayabaya, bersama Bupati se-Indonesia saat melakukan rapat dengar pendapat dengan Badan Anggaran DPR, di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Jumat, 1 April 2011. TEMPO/Imam Sukamto
Bahkan, Jayabaya melanjutkan, gagasan penyelenggaraan munaslub telah muncul pada Maret 2024, tepatnya setelah Komisi Pemilihan Umum mengumumkan hasil pemilu yang menetapkan Prabowo Subianto sebagai presiden periode 2024-2029. Jayabaya dan beberapa anggota Kadin ingin Anindya memimpin organisasi itu sebagai ketua umum. Bahkan mereka mengusulkan “tukar tempat” antara Arsjad Rasjid dan Anindya, yang kala itu menjabat ketua dewan pertimbangan organisasi berlogo perahu layar dan sepasang kuda emas tersebut.
Usul itu, Jayabaya mengungkapkan, pernah ia sampaikan kepada Arsjad Rasjid. Pada awal Agustus 2024, ia meminta waktu bertemu empat mata dengan Arsjad. “Kami berdua ngomong dari hati ke hati.” Saat itulah Jayabaya mengungkapkan kembali rencana penyelenggaraan munaslub. Ia pun menyarankan Arsjad bertemu dengan Anindya untuk mencari solusi terbaik bagi Kadin. Tukar posisi ini, menurut dia, diperlukan untuk menyongsong pemerintahan baru yang akan berjalan mulai 20 Oktober 2024. Arsjad dianggap “berseberangan” karena menjadi Ketua Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Sedangkan Anindya berada di koalisi pendukung Prabowo Subianto.
Jayabaya melanjutkan, tak mungkin Anindya menunggu satu setengah tahun lagi sampai periode kepengurusan Arsjad berakhir pada 2026. “Terlalu lama.” Ia beralasan, langkah mencapai target pertumbuhan ekonomi pemerintahan baru sebesar 8 persen harus dimulai sekarang. Sebab, kondisi perekonomian sedang terpuruk, pemutusan hubungan kerja terjadi di mana-mana, dan angka pertumbuhan ekonomi di bawah 5 persen. “Ini perlu peran dunia usaha di bawah komando Kadin,” ujarnya.
Ilustrasi musyarawah luar biasa (Munaslub) Kamar Dagang dan Industri (Kadin). ANTARA/HO-Kadin
Tapi, dalam munaslub, narasi yang muncul adalah Arsjad disebut melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Kadin Indonesia yang melarang Ketua Umum Kadin berpolitik. Pelanggaran itu mengacu pada tindakan Arsjad yang menjadi ketua tim sukses Ganjar-Mahfud pada masa kampanye Pemilu 2024. Saat itu Arsjad mengajukan permintaan cuti dari posisi Ketua Umum Kadin, bahkan dari kantor tempatnya bekerja, PT Indika Energy Tbk.
Hal yang sama sebenarnya pernah dilakukan Rosan Perkasa Roeslani, Ketua Umum Kadin Indonesia periode 2015-2020. Menjelang akhir masa jabatan, ia menerima tawaran menjadi Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin pada 2018-2019.
Kepada Tempo, Arsjad membenarkan kabar bahwa ia telah berkomunikasi dengan Anindya. Salah satunya, kata dia, pada Agustus 2024. Ketika itu Arsjad sempat menawarkan pembagian peran. Untuk urusan bertemu dengan presiden, misalnya, Arsjad mempersilakan Anindya yang hadir sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Kadin. “Saya bilang coba dipertimbangkan.”
Tapi kemudian, Arsjad melanjutkan, Anindya meminta posisinya ditukar menjadi ketua umum. “Tukeran, deh, lu pikirkan,” tutur Anindya seperti dikutip Arsjad. Ia meladeni gagasan itu dengan balik bertanya, “Gimana caranya, Bos?”
Arsjad menyatakan tidak gila jabatan. Tapi ia meminta Anindya menunggu hingga masa jabatannya berakhir. Akhirnya Arsjad meminta pengurus di bidang organisasi mengecek ketentuan mengenai ide tukar kursi jabatan. “Ini cara-cara mempermainkan konstitusi.”
Seorang pengusaha senior menyebutkan keinginan menjadikan Anindya Ketua Umum Kadin datang dari Aburizal Bakrie, sang ayah. Bahkan Ical—demikian Aburizal biasa disapa—memilih putranya menjabat Ketua Umum Kadin ketimbang menjadi menteri.
Arsjad mengaku telah berupaya berkomunikasi dengan keluarga Bakrie. Pada saat Lebaran lalu, misalnya, ia bersilaturahmi ke kediaman Ical. “Saya cari Mas Anindya, tapi beliau sedang di London. Terus ke Pak Ical, silaturahmi. Beliau ngomong ke saya.”
Sejauh ini belum ada penjelasan dari Anindya dan Ical. Upaya mewawancarai Anindya lewat pesan pribadi hingga melalui para pejabat Kadin yang terlibat dalam munaslub belum membuahkan hasil. Upaya untuk mewawancarai mereka melalui sejumlah pejabat Kadin yang terlibat Munaslub, belum membuahkan hasil.
Mulyadi Jayabaya mengatakan Anindya sedang ada agenda di luar. Tempo juga menghubungi Lalu Mara, juru bicara keluarga Bakrie, tapi tak ada respons. Begitu pula dengan Taufan Nugroho, menantu Ical.
•••
BIBIT rivalitas antara Arsjad Rasjid dan Anindya Bakrie telah tiga tahun tersimpan. Awalnya adalah pemilihan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia pada 2021. Saat itu sinyal dukungan Presiden Joko Widodo kepada Arsjad begitu kuat. Padahal mimpi Anindya menduduki kursi “Kadin-1” telah di depan mata. Ia berharap gilirannya memimpin segera tiba setelah kepengurusan Rosan Perkasa Roeslani berakhir.
Musyawarah Nasional (Munas) VIII Kadin Indonesia pun diagendakan di Bali pada 2-4 Juni 2021. Kubu Anindya ketika itu optimistis menguasai 70 persen suara dari 34 provinsi. Namun harapan kemenangan ambyar. Rosan mengabarkan bahwa pemerintah meminta jadwal Munas VIII diundur menjadi 30 Juni 2021. Rosan juga mendapat pesan permintaan Istana memindahkan lokasi ke Kendari dengan alasan mencegah munculnya kluster penularan Covid-19.
Sinyal dukungan Jokowi kepada Arsjad kian kentara saat peluncuran program vaksin gotong-royong PT Unilever Indonesia, 18 Mei 2021. Sejumlah pengurus Kadin hadir. Tapi yang naik ke panggung dan menempel Jokowi hanya Rosan dan Arsjad. Benar saja, Arsjad memenangi pemilihan meski Anindya telah menyiapkan diri jauh-jauh hari.
Kini Arsjad kembali mencari dukungan Istana, tapi agaknya bertepuk sebelah tangan. Arsjad mengaku telah melayangkan surat ke Istana, menjelaskan kondisi dan dinamika yang terjadi. Tapi, dia mengungkapkan, Presiden Jokowi meminta masalah pergantian Ketua Umum Kadin Indonesia diselesaikan secara internal.
Setelah meresmikan kantor Fédération Internationale de Basketball Indonesia di Menara Danareksa, Jakarta, pada Selasa, 17 September 2024, Jokowi mengatakan Kadin bukan organisasi politik, melainkan perhimpunan pengusaha sehingga persoalan mesti diselesaikan secara baik-baik di dalam. “Jangan bola panasnya disorong ke saya,” ujarnya.
Jokowi mengatakan, selama menjabat presiden, dia selalu menjalin hubungan baik dengan semua pemimpin Kadin, dari Suryo Bambang Sulisto, Rosan Roeslani, hingga Arsjad dan Anindya. “Siapa pun bertemu dengan saya, saya terbuka, enggak ada masalah.”
Sengketa perebutan pelana “kuda emas” Kadin Indonesia pun belum juga usai.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Han Revanda Putra, Ghoida Rahmah, dan Michelle Gabriela berkontrobusi pada penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Berebut Pelana Kuda Emas"