Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Malaysia Larang Ekspor Ayam, Asosiasi Peternak Minta Pemerintah Ambil Peluang

Pemerintah diharapkan mengambil peluang ekspor ke Singapura di tengah larangan ekspor ayam Malaysia dan surplus pasokan ayam di dalam negeri.

4 Juni 2022 | 04.46 WIB

Peternakan ayam petelur di kawasan Parigi, Tangerang Selasatan, Selasa 12 Oktober 2021. Berdasarkan catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis, rata-rata harga telur ayam ras segar secara nasional pada 8 Oktober 2021 adalah Rp 23.000/kg, turun 2,52% dibandingkan posisi sebulan sebelumnya. Tempo/Tony Hartawan
material-symbols:fullscreenPerbesar
Peternakan ayam petelur di kawasan Parigi, Tangerang Selasatan, Selasa 12 Oktober 2021. Berdasarkan catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis, rata-rata harga telur ayam ras segar secara nasional pada 8 Oktober 2021 adalah Rp 23.000/kg, turun 2,52% dibandingkan posisi sebulan sebelumnya. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (GOPAN) berharap pemerintah bisa mengambil peluang ekspor ke Singapura di tengah larangan ekspor ayam Malaysia dan surplus pasokan ayam di dalam negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sekretaris Jenderal Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Sugeng Wahyudi, mengatakan peluang saat ini harus bisa dimanfaatkan oleh perusahaan ayam besar terintegrasi untuk mengekspor kelebihan pasokan ayam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Selain itu, ekspor juga akan melonggarkan tekanan peternak mandiri agar tidak berebut pasar tradisional dengan perusahaan besar,” kata Sugeng saat dihubungi Tempo, Kamis, 2 Juni 2022.

Ia mengatakan ada dua jenis peternak ayam yang ada Indonesia. Yang pertama adalah peternak ayam terintegrasi yang terdiri dari perusahaan besar karena memproduksi pakan dan menetaskan ayam sendiri dengan skala besar. Sementara yang kedua adalah peternak ayam nonintegrasi, yang terdiri dari peternak kecil yang mengandalkan suplai dari perusahaan terintegrasi.

“Kami berharap agar perusahaan terintegrasi bisa memanfaatkan peluang ini,” kata Sugeng.

Ia mengatakan ekspor akan membuat tekanan terhadap pasar berkurang karena selama ini peternak besar dan kecil berebut memasok pasar tradisional.

Menurutnya, suplai ayam dalam negeri saat ini berlebih ditandai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian terkait Larangan Penjualan Telur Tetas Ayam atau Hatching Egg (HE) untuk konsumsi kepada perusahaan pembibit dan pelaku usaha perunggasan.

“Jadi antara Januari-Februari itu ada kebijakan pengurangan telur Hatching Egg yang artinya telur-telur yang ada itu untuk tidak ditetaskan,” kata dia.

Sejak 30 Maret 2022 sampai saat ini, ucap Sugeng, belum ada Surat Edaran baru sehingga ini menjadi landasan kelebihan pasok secara nasional. Ia mengatakan potensi surplus tetasan telur itu berkisar kurang lebih 80 juta ekor.

“Kemampuan kita kan antara 50-60 juta. Jadi ada kelebihan dan memang kelebihan ini fluktuaktif,” ujarnya.

Dengan kondisi ini, Ia berharap pemerintah bisa membuka keran ekspor dan mempermudah peternak ayam mengekspor ternaknya. Selain itu, peternak ayam mandiri di bawah naungan GOPAN bisa memanfaatkan pasar dalam negeri ketika ekspor perusahaan besar terbuka. Ia mengatakan saat ini GOPAN hanya memasok 15 persen dari total produksi nasional.

Sebelumnya, Pemerintah Malaysia menghentikan ekspor ayam mulai 1 Juni 2022 karena produksi unggas ini tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Akibatnya, Singapura yang selama ini mengandalkan pasokan negara tetangganya itu, terancam krisis daging ayam.

Badan Pangan Singapura (SFA) mengatakan bahwa sekitar 34 persen impor ayam Singapura pada 2021 berasal dari Malaysia. Hampir semuanya diimpor sebagai ayam hidup yang dipotong dan didinginkan di Singapura. Sumber utama ayam lainnya termasuk Brasil (49 persen) dan Amerika Serikat (12 persen).

Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengatakan pemerintahannya membatasi ekspor ayam mulai 1 Juni untuk mengatasi kekurangan pasokan domestik.

EKA YUDHA SAPUTRA | YUDONO YANUAR | CHANNEL NEWS ASIA

Baca: Singapura Terancam 'Krisis' Nasi Ayam Gara-Gara Malaysia Setop Ekspor

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Eka Yudha Saputra

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus