HOTEL terapung mewah, Maxim Gorki, 7 Maret lalu memasuki pelabuhan Padang Bai, Bali, seraya menurunkan 400 wisatawan asal Jerman Barat. Kapal berbobot mati 25.000 ton itu sebelumnya sudah berkeliling dari Genoa (Italia), Afrika, Australia (Darwin). Seluruh cruise makan waktu 21 hari, dengan tarif 5.340 DM (sekitar Rp 5,3 juta). "Serbuan" wisatawan Maxim Gorki sungguh membawa rezeki. Selama 30 jam di Bali, "para turis rata-rata mengeluarkan US$ 200 untuk membeli patung, kerajinan perak, dan lukisan. Toko-toko panen," kata seorang pemandu wisata. Dari Bali, Maxim Gorki menuju Parepare (dari sini ke Toraja), lalu akhirnya ke Manila. Sesudah Maxim Gorki, yang cukup bergengsi karena pernah menjadi tempat pertemuan antara Mikhail Gorbachev dan George Bush, Desember 1989, pelabuhan Padang Bai disinggahi kapal pesiar paling mewah, yakni Queen Elisabeth II (QE II). Pernah mengangkut tentara Inggris ke Perang Malvinas, QE II berubah fungsi sebagai hotel terapung sejak 1979. Pekan lalu, ia menurunan 494 turis, sebagian besar dari Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan. Direktur Nitour Bali, Nengah Bendesa, gembira mengatakan bahwa turis QE II membawa keuntungan lebih besar. "Semua dapat, biro perjalanan, guide, pedagang acung, art shop, kecuali hotel," kata Bendesa. Dari bisnis tiga hari, sebuah biro perjalanan meraup laba Rp 40-60 juta. Tarif pesiar di Maxim Gorki hanya US$ 80-250 per hari per orang, sedangkan tarif QE II US$ 250-1.000 per hari per orang. Dan itu tarif lima tahun silam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini