AEROFLOT, penerbangan Uni Soviet, yang 8 tahun silam dipersilakan meninggalkan Indonesia karena bosnya terlibat spionase, kini diterima kembali di Jakarta. Izin sudah dijanjikan Presiden Soeharto sewaktu berkunjung ke Uni Soviet tahun silam. Tapi penandatanganan kerja sama dengan Garuda Indonesia baru dilakukan 11 Maret lalu, antara Dirut Garuda Soeparno dan Dirjen Penerbangan Komersial Internasional Aeroflot, V.D. Samourokov. Inisiatif kerja sama ternyata diprakarsai oleh Garuda. Menurut Sunarjo, Direktur Niaga Garuda, Uni Soviet kelak mungkin akan tumbuh sebagai potensi ekonomi yang luar biasa. Lagi pula, Aeroflot adalah maskapai penerbangan terbesar di dunia, yang memiliki 3.500 pesawat. "Garuda ingin memanfaatkan pesawat Aeroflot yang berlebih dan jadwal penerbangan ke Eropa, terutama untuk angkutan," tutur Sunarjo. Dulu Aeroflot terbang ke Jakarta dengan pesawat Ilyushin berkapasitas angkut barang 4-6 ton. Sekarang Aeroflot diduga akan menggunakan Airbus yang mampu menerbangkan 10-12 ton cargo. Selain itu, Garuda juga melihat potensi mengangkut pengusaha dan imigran Australia asal Rusia. "Jika mereka memakai Aeroflot ke Jakarta, kita bisa meneruskan mereka ke Australia," tutur Sunarjo, antusias. Tapi Aeroflot masih harus merundingkan rute mana yang akan disambungkan ke Jakarta. Salah satu alternatifnya adalah Moskow, New Delhi, Singapura, Jakarta. Garuda sendiri belum berniat membuka rute ke Uni Soviet. Salah satu alternatifnya adalah Moskow, New Delhi, Singapura, Jakarta. Garuda sendiri belum berniat membuka rute ke Uni Soviet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini