SUDAH ribuan buruh galangan kapal dan ratusan pekerja di sektor industri elektronik kehilangan pekerjaan di Singapura. Sejumlah hotel, yang sejak awal tahun lebih banyak menampung angin ketimbang tamu asing, satu demi satu juga terpaksa memecati buruh mereka, dan menutup ratusan kamar untuk menekan pengeluaran. Pan Electric Industries, induk perusahaan yang mempunyai penyertaan modal di 68 cabang usaha (seperti perkantoran, hotel, dan galangan kapal), rupanya tidak terkecuali. Tapi pukulan terhadap Pan-El itu, ternyata, membawa korban rontoknya puluhan pialang dan ratusan penanam modal di Singapura dan Kuala Lumpur, serta menyebabkan Pasar Modal Singapura (SES), pekan lalu, tutup tiga hari. Krisis itu sendiri mulai pecah ketika, awal bulan ini, Pan-El di beritakan tak bisa membayar utangnya Sing. $ 400 juta, dan tak mampu memenuhi janjinya untuk membayar pembelian saham di sejumlah perusahaan Malaysia dengan cara pembayaran kemudian (forward transaction). Tokoh utama di dalam perusahaan itu adalah Tan Koon Swan, fungsionaris Malaysian Chinese Association, unsur penting dalam koalisi Barisan Nasional, golongan yang memerintah Malaysia kini. Karena itu, banyak pemegang surat saham di Kuala Lumpur ikut melepas surat-surat berharga itu secara besar-besaran - bagai mengikuti kepanikan Singapura. Akibatnya, para pialang di SES, yang terpaksa menampung kembali ribuan surat saham itu, nyaris kehabisan uang. Yang dilepas para penanam modal itu juga saham beberapa perusahaan, yang diduga bakal dirundung krisis keuangan karena resesi, atau yang diperkirakan punya hubungan bisnis dengan Pan-El. Kalau kekalutan itu tidak direm, 25 pialang pasti bakal bangkrut, dan puluhan ribu penanam modal harus menelan kerugian cukup besar karena saham mereka jatuh. Karena alasan itu, maka Otoritas Moneter Singapura (MAS) kemudian menutup kegiatan transaksi di SES. Masa istirahat digunakan bank sentral Singapura itu, untuk mengatur kembali pola permainan di bursa sambil berusaha menolong para pialang dan mengontak Tan Koon Swan agar mau memulihkan kesehatan Pan-El untuk menjaga agar kepercayaan para penanam modal terhadap SES tetap besar. Fasilitas kredit Sing. $ 180 juta kemudian disalurkan kepada 25 pialang di SES itu. Sejumlah pemegang saham di perusahaan pialang itu kemudian menyuntik perusahaan mereka dengan tambahan modal, yang diduga lebih dari Sing. $ 70 juta. Dengan demikian, modal disetor 25 pialang anggota SES kini ditaksir lebih dari Sing. $ 400 juta. Operasi penyelamatan serupa juga dilakukan di Kuala Lumpur. Menurut koran Asian Wall Street Journal, pekan lalu, sejumlah bank di sana sudah berjanji akan memberikan kredit Mal. $ 150 juta (US$ 62 juta) kepada 132 pialang anggota bursa di kota itu. Ketika kegiatan di SES dibuka kembali Kamis pekan lalu, para pialang hanya diperbolehkan melakukan transaksi secara tunai. Transaksi dengan pembayaran kemudian, dilarang MAS - karena transaksi ini diduga paling gampang menimbulkan banyak kepanikan di kalangan investor kecil. Luka akibat kepanikan itu memang membekas: waktu SES dibuka kembali, harga surat saham dari 240 perusahaan jatuh antara 20% dan 30%. Dengan kata lain, harga saham di situ turun US$ 470 juta. Kerugian sebesar ini, siapa lagi yang menanggung kalau bukan para penanam modal. The Straits Times Industrial Index, yang mencerminkan harga rata-rata surat saham di SES, jatuh 82 poin lebih. Indeks di bursa Kuala Lumpur jatuh 36 poin lebih. Pekan lalu, indeks di kedua tempat itu berangsur-angsur naik sesudah Employees Provident Fund, Malaysia, bersedia membeli saham-saham yang dijual di bursa Kuala Lumpur. Apalagi kemudian terdengar berita Tan Soon Kwan sudah menyuntik Pan-El Sing. $ 20 juta. Toh, awan mendung masih menyelimuti Singapura - sebab siapa tahu besok ada lagi perusahaan yang menjual saham di SES mendadak bangkrut. E.H.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini