Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Agar Transisi Tak Grasah-grusuh

Produsen kesulitan menyediakan kompor listrik induksi seperti yang ditargetkan pemerintah. Sejumlah perusahaan besar mundur dari pengadaan. 

6 Agustus 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Salah seorang penerima bantuan kompor listrik di Solo, 21 Juli 2022. (ANTARA/HO-PLN)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Produsen lokal berupaya memenuhi target penyediaan kompor induksi.

  • Pembuatan kompor induksi butuh investasi dan dana riset yang besar.

  • PLN menciptakan kWh meter untuk membaca penggunaan daya kompor induksi.

SUDAH dua pekan kompor listrik induksi dua tungku itu ngendon di dapur rumah Jero Kusumawati. Pedagang di Pantai Mertasari, Sanur, Bali, itu belum biasa memakainya karena lebih nyaman memakai kompor gas elpiji, yang ia rasa lebih hemat dan praktis. "Apalagi cuma untuk keperluan memasak air dan mi instan jika ada yang membeli," ujar perempuan 63 tahun itu kepada Tempo pada Jumat, 5 Agustus lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kompor induksi dua tungku itu adalah pemberian PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai bagian dari uji coba program konversi atau pengalihan energi rumah tangga berbasis elpiji ke listrik. PLN membagikan kompor itu kepada 950 rumah tangga berpenghasilan rendah dan 50 pelaku usaha mikro di Bali. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PLN menjalankan program serupa bagi 1.018 warga di Surakarta, Jawa Tengah. Mereka terdiri atas 542 warga yang masuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), 458 pelanggan non-DTKS, dan 18 pelaku usaha mikro-kecil-menengah. Mereka tergolong pengguna listrik sambungan 450 volt-ampere (VA) dan 900 VA.

Seusai uji coba di Bali, PLN menargetkan 300 ribu pengguna kompor listrik tahun ini. Target tersebut, menurut Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, merupakan perintah dari Presiden Joko Widodo. Setahun kemudian, target naik menjadi 15 juta pengguna. "Hasil evaluasi program uji coba akan digunakan untuk penyesuaian di tahap lanjutan," kata Vice President Komunikasi Korporat PLN Gregorius Adi Trianto, Kamis, 4 Agustus lalu.

PLN memberikan kompor induksi bermerek Myamin, produksi PT Adyawinsa Electrical and Power. Direktur Utama Adyawinsa Electrical and Power Agustinus Kambuno Palalangan mengaku ditunjuk PLN untuk terlibat dalam program migrasi kompor induksi dua tahun lalu. "Pilot project 2.000 unit di Solo dan Bali kami yang garap," ucapnya.

Pada April tahun lalu, Kementerian Perindustrian menyebut Adyawinsa Electrical and Power sebagai salah satu produsen lokal yang siap memasok kebutuhan kompor induksi dalam program konversi 1 juta kompor listrik. Saat itu Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier menyebutkan Adyawinsa punya kapasitas produksi 17 ribu unit per tahun untuk satu lini produksi. "Dapat ditingkatkan hingga delapan lini produksi."

Pengguna kompor induksi saat memanfaatkan produk dari PT PLN di Denpasar, 14 JULI 2022. ANTARA/HO-PT PLN

Taufiek juga menyebut PT Maspion sebagai pemasok kompor induksi. Dalam beberapa tahun terakhir, Maspion memproduksi 300 ribu kompor induksi per tahun.

Selain Myamin dan Maspion, tahun lalu PLN meneken nota kesepahaman dengan beberapa produsen kompor induksi, seperti Modena. Ada pula kesepakatan dengan platform e-commerce untuk promosi biaya tambah daya bagi pelanggan PLN yang membeli kompor induksi. "Kami mendahulukan kompor buatan lokal, sebagai komitmen mendorong industri lokal," ujar Executive Vice President Pemasaran dan Pengembangan Produk PLN Hikmat Drajat, Rabu, 3 Agustus lalu.

•••

BEBERAPA pekan sebelum lelang pengadaan 300 ribu unit kompor induksi, Maspion menyatakan mundur. Kepada Tempo pada Rabu, 3 Agustus lalu, Direktur Maspion Group Jacobus Lindy Salim mengaku perusahaannya belum bisa memenuhi target produksi yang ditetapkan pemerintah. "Ini program yang bagus. Tapi beri kami waktu lebih panjang sehingga bisa menyiapkan produksi dan after-sales service yang lebih baik," tuturnya.

Menurut Jacobus, kendati sudah menguasai teknologi produksi kompor induksi, Maspion memerlukan waktu untuk menyiapkan bahan baku. Belum lagi penyiapan faktor di luar produksi, seperti layanan purnajual. “Kami tak mau grasah-grusuh.”

Kabar mundurnya Maspion dibenarkan oleh Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril. "Maspion tahun ini belum siap, begitu juga Modena," katanya. Walau begitu, dia menambahkan, masih ada lima perusahaan yang siap memproduksi kompor induksi hingga Desember nanti.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Tempo, selain Adyawinsa Electrical and Power, ada PT Arindo Pratama yang membuat kompor SDR Induction Cooker. Juga PT Suma Artha Perkasa, PT Hartono, dan PT Tritunggal Swarna. Perusahaan-perusahaan ini punya kapasitas produksi 25-100 ribu unit per bulan. Kelimanya akan mengikuti proses tender pada bulan ini untuk pengadaan 300 ribu unit kompor induksi.

Salah satu produsen kompor induksi menyebutkan orang Indonesia belum terbiasa memakai alat masak ini. Karena itu, angka produksinya masih sangat kecil. Perusahaan yang akan ikut dalam pengadaan juga kudu menghitung modal agar tak merugi. "Pemerintah harus bisa menciptakan pasarnya, lalu industri bisa mengikuti," ujarnya.

Agar migrasi dari elpiji lancar, produsen kompor induksi harus membuat model dua tungku. Nyatanya, saat ini rata-rata produsen lokal hanya membuat model satu tungku. "Yang dibagikan di Solo dan Bali sebenarnya kompor satu tungku, dimodifikasi menjadi dua tungku," ucap seorang pengusaha.

Selain model tungku yang berubah, penentuan kapasitas daya listrik beberapa kali dibahas oleh pemerintah dan produsen. Daya listrik yang digunakan berubah-ubah dari 800, 900, 1.000, hingga 1.800 watt.

Tak beres soal spesifikasi kompor, pemerintah dan produsen membahas penyediaan utensil atau alat masak pendukung. Maklum saja, kompor induksi berbeda dengan kompor gas atau kompor listrik model lama yang memakai elemen pemanas. Alat masak kompor induksi harus dibuat secara khusus agar kompatibel dengan penghantar daya panasnya.

Masalah lain adalah memastikan program kompor induksi untuk rumah tangga berpenghasilan rendah tepat sasaran. Untuk itu, diperlukan alat pengawasan. Melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan, PLN mengembangkan micro-kWh-meter, modul pembacaan berbasis kode respons cepat (QR code), dan teknologi Bluetooth untuk mengukur penggunaan daya listrik kompor induksi.

"Modul pembacaan pada kompor induksi sudah dipasang oleh pabrik dan sudah melalui persyaratan spesifikasi yang ditentukan PLN," tutur Iswan Prahastono, General Manager Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan PLN.

Modul tersebut, menurut Iswan, sudah kompatibel dan bisa dibaca oleh aplikasi milik PLN. PLN sudah mendaftarkan hak paten atas modul tersebut. Namun belum banyak perusahaan yang bisa memproduksi modul baru ini. Harganya pun cukup tinggi. Walhasil, penyediaan alat ini bisa menghalangi program pengadaan kompor induksi plus alat masak dengan harga murah. "Produsen harus menghitung modal dan investasi ini bukan hanya untuk satu-dua tahun," kata salah satu produsen.

Ketika menetapkan target 300 ribu unit kompor hingga akhir tahun nanti, PLN mengklaim sudah berdiskusi dengan sejumlah produsen. "Hasilnya akan ada supply yang mencukupi," ucap Hikmat Drajat.

Menurut Hikmat, produksi kompor induksi lokal belum cukup masif. Tapi, dia menambahkan, program migrasi kompor listrik ini bisa mendorong peningkatan produksi. “Dari industri lokal sudah ada. Sudah kami diskusikan soal kemungkinan bahan baku dan kendala lain.”

MADE ARGAWA (BALI)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Aisha Shaidra

Aisha Shaidra

Bergabung di Tempo sejak April 2013. Menulis gaya hidup dan tokoh untuk Koran Tempo dan Tempo.co. Kini, meliput isu ekonomi dan bisnis di majalah Tempo. Bagian dari tim penulis liputan “Jalan Pedang Dai Kampung” yang meraih penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Lulusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus