Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sembilan wilayah kerja migas sedang memanas di perairan Natuna.
Tiga wilayah kerja operasi terus berusaha meningkatkan produksi.
Potensi di Laut Natuna Utara menyimpan migas berlimpah.
JAUH dari pusat kegaduhan, Medco Energi leluasa beroperasi di perairan Natuna, Kepulauan Riau. Wilayah kerja PT Medco E&P Natuna, South Natuna Sea Block B, berada di sebelah barat Kepulauan Natuna. Dulu pengelolanya ConocoPhillips Indonesia Inc. “Wilayah ini tidak masuk nine-dash line yang diklaim Cina,” ujar Presiden Direktur PT Medco Energi E&P Ronald Gunawan menyebut nama wilayah di Laut Natuna Utara pada Jumat, 17 Desember lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Medco E&P Indonesia adalah anak usaha PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang bergerak di bidang kontraktor pengelolaan minyak dan gas bumi. Jarak antara South Natuna Sea Block B dan sisi terluar daratan Pulau Natuna Besar lebih dari 200 kilometer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lokasinya juga makin jauh dari Blok Tuna, area kaya minyak dan gas yang sedang dieksplorasi Premier Oil Tuna BV, perusahaan minyak dan gas yang berbasis di London, Inggris. Aktivitas eksplorasi migas di blok ini yang diprotes pemerintah Cina. Pemerintah Indonesia mengubah nama Laut Cina Selatan menjadi Laut Natuna Utara pada 2017.
Jarak blok Tuna dengan South Natuna Sea lebih dari 400 kilometer. Lokasinya berada di sebelah utara Pulau Bunguran—nama lain Natuna Besar. Secara jarak, Blok Tuna lebih dekat dengan laut Vietnam. “Tiga belas kilometer ke perbatasan,” ujar Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto kepada Tempo pada Kamis, 16 Desember lalu.
Jarak itu jauh lebih dekat dibanding daratan paling utara Indonesia, Tanjung Pala, yang berada di Pulau Laut, sebelah utara Natuna Besar. Blok Tuna dan Tanjung Pala berjarak 200 kilometer. Urusan jarak ini pula yang membuat Premier Oil Tuna berencana mengalirkan dan menjual gas dari blok itu ke Vietnam. Nota kesepakatan penjualannya ditandatangani pada 2017.
Sejak mengambil alih wilayah kerja South Natuna Sea Block B dari ConocoPhillips pada 2016, Medco gencar menajak sejumlah sumur eksplorasi di blok lepas pantai yang kedalamannya 250-320 kaki. Pada 1 Oktober tahun lalu, misalnya, perusahaan yang didirikan Arifin Panigoro itu mengebor sumur eksplorasi West Belut-1. Ini adalah sumur keempat yang ditajak Medco pada 2020, setelah sumur eksplorasi Bronang-2, Kaci-2, dan Terubuk-5.
Penajakan Sumur Kaci-2 menghasilkan potensi gas kering berkualitas tinggi. Berdasarkan uji coba, sumur itu diprediksi bisa mengalirkan gas sebanyak 13 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Angka itu diperoleh dari dua zona uji kandungan lapisan (drill stem testing). “Kini di Kaci-2 kami sedang mengambil data seismik tiga dimensi,” ucap Ronald. “Setelah itu kajian teknis dan keekonomian sebagai bagian proses pengajuan pengembangan lapangan.”
Fasilitas eksplorasi North Belut-1 di Perairan Natuna. Dokumentasi Medco E&P
Penajakan Bronang-2 juga membuat manajemen Medco bungah. Hasil uji alir sumur itu sebesar 45 juta kaki kubik per hari yang didapatkan dari empat lapisan.
Terubuk-5 tak kalah menjanjikan. Hasil uji sumur (interval well testing) Terubuk-5 mengalirkan total gas sebesar 33 MMSCFD plus minyak dan kondensat sebanyak 3.300 barel minyak per hari (barrel oil per day) dari tiga lapisan.
Tahun depan, kata Ronald, Medco bakal melanjutkan pengeboran sumur eksplorasi Hiu pada kuartal keempat 2021. Manajemen Medco menargetkan sumur ini berproduksi mulai kuartal kedua 2022. Adapun pengeboran tiga sumur anjungan dari Belida Extension Project akan dimulai pada kuartal kedua 2022 dengan target produksi kuartal keempat 2022. “Pengembangan minyak Forel dan gas Bronang juga sedang berlangsung dengan target on-stream pada kuartal keempat 2023,” ujar Ronald.
Sumur-sumur tersebut ditargetkan berproduksi menyusul Buntal-5 yang beroperasi sejak 20 Februari 2020. Sumur ini menghasilkan gas sebanyak 45 MMSCFD yang akan ditambang hingga 2028. Per 2020, blok ini menghasilkan minyak sebesar 14.862,9 barel per hari dan gas sebanyak 171,9 MMSCFD, terbesar kedua di antara blok operasi di Natuna.
•••
ADA banyak sumber minyak dan gas bumi di perairan Natuna. Total ada sebelas wilayah kerja. Tujuh di antaranya adalah wilayah kerja eksploitasi, tiga masih dieksplorasi, dan satu sisanya akan segera berakhir masa kontraknya. “Total cadangan di kawasan ini 91 juta barel,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. “Gasnya 1,2 triliun kaki kubik.”
Medco Energi tercatat sebagai operator tiga wilayah kerja di sekitar Natuna, yakni di South Natuna Sea Block B yang sudah beroperasi serta South Sokang serta North Sokang yang masih dieksplorasi. South Sokang terletak 36 kilometer sebelah timur Natuna Besar. Adapun North Sokang berada di 150 kilometer timur laut Natuna Besar.
Selain Medco, operator migas yang sedang mengoperasikan wilayah kerja dengan hasil cukup besar di Natuna adalah Premier Oil Natuna Sea BV dengan wilayah kerja di Natuna Sea Block A. Di sini, Premier Oil menghasilkan 2.193,7 barel minyak per hari dan gas sebanyak 213,3 juta kaki kubik per hari.
Menurut Buyung H. Satria, Government Affairs Senior Manager Premier Oil, Harbour Energy Company, kontrak bagi hasil produksi (PSC) Premier di Natuna Sea Block A bakal berakhir pada 2029. “Kami mencoba menjaga tingkat produksi yang ada dan sedang kami koordinasikan dengan SKK Migas,” tutur Buyung pada Rabu, 15 Desember lalu.
Buyung mengatakan tak bisa berkomentar banyak tentang operasi perusahaannya di Indonesia, apalagi menyangkut ketegangan di Laut Cina Selatan yang merembet ke operasi itu. Namun ia memastikan kegiatan mereka berjalan normal. “Kegiatan berjalan aman dan lancar,” ucapnya, Jumat, 17 Desember lalu.
Seperti halnya di South Natuna Sea Block B, riak-riak klaim pemerintah Cina di Laut Cina Selatan tidak merayap sampai Natuna Sea Block A. Sebab, blok itu persis berada di sisi utara South Natuna Sea Block B, 300-an kilometer di barat daya Blok Tuna dan nine-dash line.
Di perairan barat Natuna ini, selain ada South Natuna Sea Block B (Medco) dan Natuna Sea Block A (Premier), terdapat Star Energy (Kakap) Ltd yang berstatus sedang berproduksi. Adapun Blok Duyung dan Northwest Natuna berstatus dalam pengembangan. Satu blok di perairan ini, Anambas, berstatus dalam eksplorasi.
Sedangkan di perairan timur dan utara dekat Natuna terdapat South Sokang dan North Sokang, dua-duanya masih berstatus eksplorasi. Satu lainnya berada di South Natuna Sea Block B.
Kendati telah banyak wilayah kerja yang beroperasi di Laut Natuna Utara, Blok Tuna tetap saja menjadi primadona. Wilayah kerja lepas pantai seluas 8.991 kilometer persegi—13 kali luas daratan Jakarta—itu menyimpan sumber daya sementara hingga 158 juta barel minyak dan 535 miliar kaki kubik gas.
Angka itu memang seujung kuku dibanding sumber daya Blok East Natuna, yang memiliki potensi gas 222 triliun kaki kubik. Namun kandungan karbon dioksida blok ini mencapai 71 persen, membuat gas yang bisa dieksploitasi hanya 46 triliun kaki kubik. Kekayaan energi fosil itu membuat pemerintah menjulukinya “kehidupan kedua Indonesia”.
Satu alasan masuk akal mengapa Cina tiba-tiba memprotes aktivitas di perairan sekitar Laut Natuna Utara.
RETNO SULISTYOWATI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo