Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menjelang Pertarungan Singa vs Garuda

Lion Air menjadi pembeli terbesar pesawat Airbus. Bakal bertarung ketat dengan Garuda di rute domestik dan internasional.

24 Maret 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wajah Presiden Direktur PT Lion Air Indonesia Rusdi Kirana sumringah setelah menandatangani nota pemesanan 234 pesawat Airbus tipe A320 senilai US$ 23,8 miliar. Tak lebih dari sepuluh menit, Rusdi bertukar naskah pembelian bersejarah tersebut dengan Kepala Eksekutif Airbus Fabrice Bregier.

Kerja sama kedua perusahaan merupakan yang pertama sekaligus kontrak pembelian terbesar. Acara penandatanganan pun digelar secara khusus di Istana Elysee­, Paris, dan disaksikan Presiden Prancis Francois Hollande, 18 Maret 2013. "Ini menjadi transaksi bersejarah dan terbesar untuk Airbus dan Lion Air," kata Hollande seusai penandatanganan.

Menurut rencana, Airbus akan mengirimkan pesawat ini secara bertahap selama 2014-2026. Armada yang dipesan terdiri atas 109 unit A320 Neo, 65 unit A321 Neo, dan 60 unit A320 Ceo (current engine option). Pesawat ini mampu mengangkut 180 penumpang dan menempuh jarak 1.860 nautical miles atau sekitar 3.440 kilometer.

Indonesia, menurut Hollande, adalah salah satu negara dengan penduduk terbesar dan pertumbuhan terbaik di dunia. Dia memperkirakan bisnis penerbangan di Indonesia bakal terus tumbuh. Lion Air, kata dia, adalah maskapai dengan pertumbuhan bisnis paling cepat di Asia. Kontrak pembelian oleh Lion disebutnya sangat mengesankan dan memberi kehormatan bagi industri Eropa karena, "Airbus adalah kebanggaan Prancis dan Eropa."

Sedangkan Bregier menyatakan transaksi kali ini merupakan pemesanan pertama dari Lion Air. Maskapai ini, menurut dia, tumbuh paling pesat di Asia-Pasifik. Kesepakatan kali ini pun mengukuhkan posisi Airbus sebagai pemimpin pasar pesawat penumpang.

Dengan transaksi ini, Lion Air memecahkan rekor pembelian pesawat termahal yang sebelumnya mereka lakukan bersama perusahaan asal Amerika Serikat, Boeing. Pada 18 November 2011, Lion membeli 201 pesawat Boeing 737 MAX dan 29 Boeing 737-900ER seharga US$ 22,4 miliar (sekitar Rp 217,5 triliun), disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, yang sedang berkunjung ke Bali.

Transaksi ini, menurut Rusdi, merupakan strategi untuk bisa menang dalam persaingan bisnis penerbangan di Asia Tenggara. Rencananya, armada baru ini akan digunakan untuk rute penerbangan domestik dan internasional. Dalam waktu dekat Lion akan membentuk dua anak usaha baru. Caranya, kata dia, "Mendirikan perusahaan baru atau mengakuisisi perusahaan lain."

Adapun sumber dana untuk memborong ratusan pesawat Airbus, Rusdi menyatakan, berasal dari pinjaman. "Bisa 85 persen atau 100 persen dari pinjaman. Tergantung negosiasinya," kata dia. Sampai saat ini bank-bank milik pemerintah Eropa telah menyatakan komitmen untuk membiayai sekitar 85 persen pembelian pesawat. "Sisanya akan kami upayakan dari pinjaman pihak lain dengan bunga LIBOR plus dua."

Selain Lion Air, anak usaha PT Garuda Indonesia, Citilink Indonesia, telah memesan 30 pesawat A320 buatan Airbus, yang akan didatangkan secara bertahap sampai 2015. "Tahun ini kami menunggu sepuluh unit pesawat jenis tersebut," kata juru bicara Citilink, Aristo Kristandyo, kepada Maria Yuniar dari Tempo.

Hanya, pola pengadaan pesawat Citilink berbeda dengan Lion Air. Untuk tahap awal, perusahaan penerbangan berbiaya rendah ini menyewa dari lessor. Setelah kontrak sewa berakhir, Citilink memiliki opsi beli sesuai dengan harga yang disepakati.

Garuda diketahui sedang bersiap makin mengepakkan sayap menjelajahi rute internasional. Setelah terbang langsung ke Amsterdam, maskapai pembawa bendera nasional itu rencananya akhir tahun ini akan terbang kembali ke London sebagai bagian dari program Quantum Leap 2011-2015.

Adapun Citilink merupakan sayap Garuda untuk menguasai rute domestik. Kehadiran pesawat baru buatan Airbus menjadi penanda seriusnya pertarungan Garuda dan Lion Air memperebutkan angkasa Tanah Air.

Ali Nur Yasin (Paris)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus