Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Dolar AS masih kuat dan nilai tukar rupiah melemah nyaris menyentuh Rp 16 ribu dalam penutupan perdagangan Selasa, 21 Mei 2024. Nilai tukar rupiah turun menjadi Rp 15.999 per dolar AS. Kemarin, kurs rupiah ditutup melemah 23 poin ke level Rp 15.978 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan greenback didukung oleh lebih banyak komentar pejabat The Fed bahwa bank sentral masih perlu diyakinkan perihal inflasi sedang turun. Kemudian, juga bahwa suku bunga kemungkinan tidak akan berubah untuk sementara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Pejabat The Fed belum siap untuk mengatakan bahwa inflasi sedang menuju target bank sentral AS sebesar 2 persen, setelah data minggu lalu menunjukkan berkurangnya tekanan harga konsumen pada bulan April. Beberapa di antaranya pada hari Senin menyerukan kelanjutan kebijakan yang hati-hati," kata Ibrahim pada Selasa.
Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic pada Senin mengatakan The Fed akan membutuhkan waktu untuk yakin bahwa inflasi kembali ke tujuannya. Namun, masalahnya saat ini adalah kapan inflasi jelas berada di jalur untuk kembali ke 2 persen.
"Saya pikir akan memakan waktu cukup lama, sebelum kita mengetahui hal itu secara pasti,” kata Ibrahim mengutip pernyataan Bostic.
Sementara itu, Wakil Ketua Fed Philip Jefferson mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah perlambatan proses disinflasi baru-baru ini akan bertahan lama. Hal ini disampaikannya saat konferensi Mortgage Bankers Association di New York. Selain itu, menurunnya optimisme terhadap Cina juga memengaruhi pasar, karena pedagang menunggu bagaimana Beijing meluncurkan langkah-langkah stimulus yang baru-baru ini diumumkan.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia atau BI mencatat kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I 2024 defisit US$ 6 miliar. Sementara itu, posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2024 tercatat sebesar US$ 140,4 miliar atau setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka ini berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Transaksi berjalan mencatatkan defisit rendah di tengah perlambatan ekonomi global. Pada triwulan I 2024, transaksi berjalan mencatat defisit US$ 2,2 miliar atau 0,6 persen dari produk domestik bruto (PDB). Nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan defisit triwulan IV 2023 sebesar US$ 1,1 miliar atau 0,3 persen dari PDB.
Kemudian, kinerja transaksi modal dan finansial dilaporkan tetap solid. Hal ini ditopang oleh investasi langsung di tengah peningkatan kondisi ketidakpastian pasar keuangan global. Investasi langsung membukukan peningkatan surplus dari triwulan sebelumnya, sebagai cerminan dari tetap terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik.
BI memperkirakan NPI 2024 terjaga dengan transaksi berjalan dalam kisaran defisit rendah, yakni 0,1 sampai 0,9 persen dari PDB.
Pilihan Editor: Masih Loyo, Rupiah Melemah ke Level Rp 15.978 per Dolar AS