Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes, Yulia Hendrawati mengatakan akibat hujan yang terlambat turun, menyebabkan kemunduran panen raya bawang merah. Sebagai produsen terbesar di Indonesia, Brebes, Jawa Tengah mampu menyumbang sekitar 30-40 persen produksi nasional setiap tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Tahun ini memang panen raya (bawang merah) mundur di bulan Juni, musim hujannya baru mulai Desember tahun lalu jadi nunggu pertanaman padi dulu baru tanam raya bawang merah,” kata dia melalui keterangan tertulis, Sabtu 23 Mei 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pihaknya merasa terbantu dengan adanya skema bantuan distribusi yang telah diberikan Kementerian Pertanian Kementan. Pihaknya pun menyatakan siap menjaga pola tanam bawang merah.
“Kami dukung dan apresiasi langkah Kementan dalam mengantisipasi kenaikan harga bawang merah. Dari sisi produksi kami akan genjot terus, bulan Juni-Juli nanti rencana ada 5.000 hektar siap panen. Lebaran ini, Insya Allah bawang merah masih banyak” ujar Yulia.
Sementara itu,Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari menyatakan kendala distribusi akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar cukup mempengaruhi pasokan.
“Kalau kondisi normal dan permintaan tinggi, setiap hari tidak kurang 50 ton bisa kita kirim keluar Brebes, sekarang paling hanya 20-30 ton saja. Seminggu setelah lebaran nanti panenan diperkirakan mulai nambah banyak, dan pasokan bisa segera normal” ujarnya.
Juwari mengaku saat ini banyak petani bawang merah menikmati harga yang cukup tinggi di tingkat petani yang mencapai Rp 30 ribu - Rp 35 ribu per kilogram. Harga tersebut digadang dapat berangsur normal seiring pemerataan distribusi dan panen raya.
“Mudah-mudahan nanti panen raya harga tetap terkendali normal,” tutur Juwari.