Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Panin melangkah, BCA menyusul

Panin Bank go public, menjual 12,5% sahamnya, disusul oleh Bank Central Asia. Panin hanya ingin yang terbaik tanpa perlu menjadi yang terbesar. (eb)

6 November 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MANAJEMEN PT Pan Indonesia Bank Ltd. (Panin Bank) kini memiliki kebanggaan baru. Badan Pelaksana Pasar Modal telah mengizinkan bank devisa swasta terkemuka itu menjual 12,5% sahamnya ke masyarakat (go public). "Kami kini atu tingkat di atas bank devisa swasta yang lain," kata Mu'min Ali Gunawan Wakil Direktur Utama Panin. Dari lantai 8 Gedung Panin, markas besar bank itu di Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, Ali Gunawan mengaku selalu berkeinginan "berada di depan dan jadi pelopor". Kendati baru sekarang dilakukan adalah Panin, sebagai bank devisa swasta pertama, yang berani menjual 1.637.500 sahamnya dengan harga Rp 3.475 per saham 15-27 November mendatang. "Bagi kami ini bukan merupakan ekspansi atau usaha memperkuat modal. Ini lebih merupakan suatu promosi," ujar Ali Gunawan. Panin sendiri muncul dari peleburan dan penggabungan usaha pertama di Indonesia antara Bank Industri dan Daang Indonesia, Bank Kemakmuran, dan Bank Industri Djaya Indonesia pada 1971. Tahun berikutnya bergabung pula Bank Abadi Jaya, hingga Harta, Pembangunan Ekonomi, dan Pembangunan Sulawesi. Sesudah 1979 melakukan konsolidasi ke dalam, Panin nampak maju pesat. Tahun 1980 laba bersihnya Rp 1.256 juta, tahun lalu Rp 2.33 juta, dan tahun ini (30 Juni) Rp 2.187 ju. Dan akhir tahun ini, laba Bank itu sebelum pajak diharapkan akan mencapai sekitar Rp 8 milyar. "Tahun depan laba sebelum pajak kami proyeksikan antara Rp 12-16 milyar," ujar Ali Gunawan. Kemampuan Panin membuat laba besar telah menempatkannya sebagai bank devisa swasta Indonesia paling aras dalam mengumpulkan keuntungan. Tahun lalu laba sebelum pajak Panin Rp 4.163 juta dengan kekayaan (assets) Rp 149 milyar. Bank Central Asia, misalnya, mencatat laba sebelum pajak Rp 2.487 juta, dengan kekayaan lebih besar: Rp 176 milyar. Panin, kata Ali Gunawan, tak ingin menjadi raksasa dalam menghimpun kekayaan. "Kami hanya ingin yang terbaik tanpa perlu menjadi yang terbesar," katanya. Tapi diam-diam Panin sudah punya 20 cabang di 8 provinsi, 5 di antaranya sebagai bank devisa, dan punya jaringan koresponden dengan 100 bank dalam dan luar negeri. Kepercayaan masyarakat, dan kerapian manajemen bank itu, menyebabkan Panin dengan gampang menyedot dana dari masyarakat. Dari rekening giro, deposito, tabungan dan kewajiban lain, Panin berhasil menghimpun dana Rp 121 milyar hingga Juni tahun ini yang terbesar dana deposito (Rp 60,5 milyar). Dari rekening koran, yang sebelumnya merupakan sumber dana utama, Panin hanya menyedot Rp 47,8 milyar. Perubahan perimbangan itu, menurut Ali Gunawan, dianggap cukup sehat. "Rekening koran itu merupakan dana murah yang hanya singgah bermalam," katanya. "Tengah malam, pemilik rekening bisa saja bikin transaksi, dan esoknya ketika clearing dananya ditarik." Dan jika hal itu terjadi besar-besaran bank tentu saja bisa guncang. "Jadi bank bisa dikatakan sehat jika sebagian besar dananya berasal dari deposito yang waktunya bisa diatur," tambah Ali Gunawan. Kendati demikian, menurut Fuady Mourad, Direktur Administrasi Panin, setiap tahunnya pemegang rekening koran bertambah sekitar 20%. Yang aktif tercatat 10 ribu nasabah, sedang pemegang deposito aktif cuma 7 ribu orang. "Kami memang belum seagresif bank asing dalam menghimpun dana," kata Mourad. "Yang kami lakukan adalab praktek perbankan pada umumnya, calon nasabah datang, dan kami menerima dananya." Besarkah kreditnya? Jumlah kredit yang disalurkan Panin per Juni 1982) Rp 76 milyar, yang terbesar diserap sektor perdagangan dan industri sebanyak Rp 52 milyar. Bunga yang diberikan nasabah 18-24% setahun. "Sebetulnya kami tidak begitu tertarik untuk membiayai sektor industri," kata Ali Gunawan. Karena itulah untuk tahun-tahun mendatang "kami lebih tertarik memberikan kredit ke sektor perdagangan dan jasa." Kekuatan Panin menarik nasabah mungkin terletak pada nama baik, dan relasi yang dimiliki direksi. Ali Gunawan d/h Lie Mo Ming, 45 tahun, yang mula-mula berusaha di perkapalan, sudah sejak 1965 sesungguhnya menekuni perbankan. Sebagai pemegang saham di Panin (kini 4,5% atau 600 ribu lembar), dia mencurahkan waktu rata-rata 10 jam untuk kepentingan bank itu. Di direksi hank itu duduk pula saudara kandungnya: Gunadi Gunawan (4,5%), dan Muljadi Kusumo (1,5%). Selain di Panin ketiganya juga pemegang saham di Maligi Spinning Mills, Panintex, dan Panin International Finance Corp., Hongkong. "Saya senang sekali melihat Panin go public, itu berarti bank tersebut sudah berani mengubah sistem, dan berani dibedah," kata Direktur Utama Bank Central Asia Mochtar Ryadi. Secara khusus ia hadir dalam hearing terakhir Panin di Bapepam pekan lalu? dan menangguhkan sejumlah janji. Adalah Mochtar, kakak ipar Ali Gunawan, yang turut merintis dan membesarkan Panin sebelum dia pada 1975 mengundurkan diri dari bank itu. "Kami akan menjajaki untuk go public tahun depan, mengikuti jejak Panin," kata Mochtar merendah. Dan untuk itu BCA, bank devisa yang memiliki kekayaan paling besar di Indonesia -- sekitar Rp 300 milyar per September tahun ini -- sudah bersiap-siap sejak dua tahun lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus