Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Tingginya permintaan dolar Amerika serikat yang tidak diimbangi pasokan yang cukup di pasar diperkirakan bakal membuat nilai tukar rupiah terus merosot sampai akhir tahun ini. Sejumlah kalangan pun khawatir karena kurs rupiah pekan lalu telah mencapai level 11.703 per dolar AS, tingkat terendah sepanjang 2013.
Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, misalnya, mengungkapkan permintaan dolar AS yang tinggi di akhir tahun ini dibutuhkan untuk membayar utang korporasi. "Kebutuhan dolar melonjak, tapi suplai di pasar tak mencukupi. Akhirnya rupiah tertekan," ujar dia, akhir pekan lalu.
Di sisi lain, posisi dolar AS di pasar global yang sedang menguat akibat spekulasi pengurangan stimulus membuat rupiah semakin mudah merosot. Membaiknya perekonomian Amerika menjadi alasan bagi pelaku pasar untuk memburu dolar sebagai safe haven.
Sementara itu, menurut dia, sejumlah paket kebijakan di dalam negeri untuk menekan defisit transaksi berjalan baru terasa efeknya di kuartal I tahun depan. Satu-satunya harapan bagi Indonesia ialah menanti efek kenaikan BI Rate menjadi 7,5 persen. Pasalnya, dengan begitu dana asing yang keluar dari pasar saham diharapkan beralih ke pasar obligasi, mengingat suku bunga sudah sangat kompetitif.
Analis dari Indonesia Bond Pricing Agency, Fakhrul Aufa, juga mengatakan nilai tukar rupiah masih rawan karena nilai utang luar negeri yang harus dibayar terbilang masih besar. "Walau pertumbuhan utang menurun, jumlah pembayaran utang luar negeri semakin meningkat," ujar dia.
Defisit neraca transaksi juga bakal sulit ditekan, menurut Fakhrul, karena kebijakan pembatasan impor malah kontraproduktif dengan beleid sebelumnya yang mengatur insentif mobil murah dan ramah lingkungan. "Ditambah lagi lambannya program transformasi energi alternatif membuat permintaan impor migas terus meningkat."
Seperti diketahui, defisit transaksi berjalan pada kuartal III tahun ini turun tipis menjadi US$ 8,45 miliar, atau setara 3,8 persen dari produk domestik bruto (PDB). Adapun pada kuartal II tahun ini tercatat defisit sebesar US$ 9,95 miliar atau setara 4,4 persen dari PDB.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai pelemahan kurs rupiah belakangan ini merupakan hal wajar dan tidak perlu dikhawatirkan. Pasalnya, mata uang di beberapa negara tetangga juga terpengaruh oleh euforia atas hasil rapat Federal Open Market Committe dan prediksi kondisi di Amerika yang lebih baik.
Lebih jauh Agus menjelaskan, pergerakan nilai tukar rupiah merupakan hal yang dinamis. Terlihat, rupiah yang sempat menguat pada Oktober ternyata kembali melemah pada November. "Ini didukung oleh banyak investor yang juga ambil keuntungan dan berdampak pada posisinya (rupiah)," ujar dia seperti dikutip dari Antara.
Menteri Keuangan Chatib Basri juga tak terlalu risau atas fluktuasi kurs rupiah tersebut. "Sekarang pergerakannya (rupiah) lebih smooth. Bagi pasar, yang paling penting itu kestabilan," kata dia. M. AZHAR | MEGEL JEKSON | RIRIN AGUSTIA
Utang Luar Negeri (US$ Miliar)
2009
2010
2011
2012
2013*
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo