Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Pemerintah akan Sederhanakan Regulasi untuk Tingkatkan Investasi EBT

Menteri Investasi Rosan Perkasa Roeslani mengatakan pemerintah akan sederhanakan regulasi untuk mempermudah investasi di sektor energi baru terbarukan

23 November 2024 | 10.31 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi dan Hilirisasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, pemerintah berambisi untuk meningkatkan nilai investasi di sektor energi baru terbarukan (EBT) sebesar 2 hingga 3 kali lipat dalam beberapa tahun mendatang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk menarik minat investor, Rosan Roeslani menyebut, pemerintah akan terus berupaya untuk menyederhanakan regulasi serta menyelaraskan kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Tujuannya, agar proses perizinan lebih efisien dan ramah bagi investor. Selain itu, kata Rosan, pemerintah juga akan memperkuat kerja sama antar lembaga untuk mencapai tujuan tersebut,

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Hilirisasi adalah salah satu kunci untuk transisi energi berkelanjutan, dan kami membutuhkan keterlibatan lembaga keuangan internasional serta pasar karbon untuk mencapai tujuan ini," kata Rosan saat menghadiri pertemuan indonesia-UK Climate and Green Finance di London Stock Exchange, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 22 November 2024.

Dalam pertemuan tersebut, Rosan pun mengajak investor Inggris untuk menanamkan modal di sektor EBT di Indonesia. Rosan mengatakan, pemerintah ingin mendorong pemanfaatan sumber daya EBT di Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada energi berbasis bahan bakar fosil.

“Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang sangat melimpah. Kami juga memiliki cadangan panas bumi terbesar di dunia, terutama di Pulau Jawa,” kata Rosan dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 22 November 2024.

Rosan memaparkan, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sekitar 3.700 gigawatt dari sumber-sumber seperti tenaga surya, pasang surut, hidro, dan panas bumi. Akan tetapi, potensi yang baru dimanfaatkan hanya kurang dari 1 persen. Selain itu, dia mengatakan, Indonesia memiliki potensi besar dalam penyimpanan karbon dengan kapasitas 700 gigaton.

“Oleh karena itu, kami bekerja sama dengan banyak pihak untuk memanfaatkan potensi ini melalui teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon,” kata dia.

Lebih lanjut, mantan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia itu juga menggarisbawahi komitmen Indonesia untuk mencapai target Net Zero Emission pada 2060. Dia menyebut, dengan dukungan dan kerja sama dengan banyak pihak, memperbesar peluang Indonesia mencapai target ini sebelum tahun 2060.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus