Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Redaksi Tempo.co, Setri Yasra, menceritakan tantangan media digital di tengah derasnya konten yang beredar di dunia maya. Setri mengatakan media, tak terkecuali Tempo, dihadapkan dengan produksi hoaks yang muncul setiap saat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Media sosial begitu dominan. Semua orang bisa membuat konten apa saja. Di sini kami sebagai media merasa ini adalah tanggung jawab menahan serangan hoaks,” ujar Setri dalam dalam acara Resep dari Dapur Tempo: Inovasi Jurnalisme Digital, Senin, 8 Maret 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serangan hoaks, kata Setri, perlu ditahan agar publik tak dibengkokkan dengan informasi-informasi bohong, palsu, maupun sesat. Tempo pun memiliki kanal yang berfokus menyajikan laporan-laporan untuk meluruskan konten hoaks, yakni Cek Fakta.
Sejak tiga atau empat tahun lalu, Tempo melahirkan Cek Fakta yang menyajikan artikel penelusuran fakta berbasis penelitian dan penelusuran mendalam. Dalam laporan Cek Fakta tersebut, isi artikel memuat asal mula informasi muncul, poin-poin kesalahan, dan kesimpulan atas pemeriksaan dari kabar yang beredar di masyarakat.
Selama pandemi Covid-19, Setri mengatakan tim Cek Fakta Tempo menemukan 95 persen hoaks berisi kabar tentang virus corona maupun situasi pandemi. Konten hoaks yang diteliti bisa dari platform mana saja, termasuk informasi yang beredar di perpesanan instan hingga menjadi viral. Hasil pemeriksaan fakta kemudian dibagikan di berbagai platform.
“Berbagai instrumen dipakai untuk menyebarkan temuan lewat cek fakta. Kami gunakan seluruh daya dan upaya serta resources untuk menahan itu,” tutur Setri.
Kanal pemeriksa fakta ini juga dimiliki oleh media-media lain di tengah perkembangan teknologi digital yang semakin pesat. Cek Fakta Tempo acap berkolaborasi dengan pelbagai pihak mengadakan pelatihan-pelatihan terkait pengecekan fakta.