Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) mencatat pendapatan bersih perusahaan sebesar Rp 205 miliar selama kuartal I 2024. Nominal ini turun sekitar Rp 87 miliar atau 29,79 persen dibanding pendapatan kuartal I 2023 yang mencapai Rp 292 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama VKTR Gilarsi W. Setijono mengatakan, penurunan pendapatan utamanya disebabkan oleh lesunya penjualan bisnis manufaktur suku cadang. "Seiring dengan penurunan penjualan kendaraan nasional di kuartal tersebut," kata dia dalam keterangan resmi pada Selasa, 30 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengungkapkan beberapa hal yang menjadi faktor penurunan penjualan perusahaan. Menurut Setijono, momentum Pilpres menyebabkan banyak pihak memutuskan untuk wait and see approach.
Selain itu, ketidakpastian kondisi makro global di tengah memanasnya kondisi geopolitik di Timur Tengah berdampak pada pelemahan rupiah. Walhasil, daya beli konsumen juga tergerus.
"Namun, segmen manufaktur suku cadang mampu mendorong peningkatan margin berkat pengendalian keuangan yang baik," tutur dia.
Dari segi kendaraan listrik atau electrical vehicle (EV), perusahaan bertekad untuk menyelesaikan pembangunan fasilitas kendaraan listrik komersial berbasis completely knock down (CKD) pertama Indonesia di Magelang. Pembangunan ditargetkan selesai pada September 2024.
“VKTR terus berupaya untuk memberikan solusi permasalahan industri EV dari segi manufaktur hingga pembiayaan untuk mengakselerasi adopsi EV di Indonesia," kata Setijono.
Di sisi lain, VKTR mencatat adanya penjualan di segmen penjualan EV pada kuartal I 2024. Berbeda dengan kuartal I 2023 yang masih nihil penjualan.
Dari sisi neraca, kata dia, tak banyak terjadi perubahan. Total aset meningkat sebesar 0,5 persen dari 1.668 miliar menjadi Rp 1.677 miliar.
Sementara itu, total kewajiban turun 3 persen menjadi Rp 505 miliar pada kuartal I 2024 dari yang sebelumnya Rp 520 miliar pada FY23. Kemudian, margin laba kotor konsolidasi perusahaan pada kuartal I 2024 meningkat dari 19,1 persen menjadi 26,1 persen secara tahunan.
Margin EBITDA perusahaan juga naik dari 11,9 persen pada kuartal I 2023 menjadi 15,7 persen pada kuartal I 2024. "Peningkatan margin terutama disebabkan oleh pengendalian biaya pada bisnis manufaktur suku cadang mobil yang dipimpin oleh penurunan Harga Pokok Penjualan (HPP)," kata Setijono.
Dari segmen penjualan EV pada tiga bulan pertama 2024, VKTR semakin menguatkan ekspansi portofolio klien Business to Business dari yang semula hanya Business to Government. Hal ini tercermin dari kelanjutan penjualan bus listrik kepada perusahaan swasta sepanjang kuartal tahun ini.
Pada kuartal I, VKTR fokus pada peningkatan margin. Utamanya didorong oleh pengendalian biaya yang baik di segmen bisnis manufaktur suku cadang dan penjualan di segmen bisnis EV.
Setijono juga menyebutkan beberapa kerja sama telah dijajaki oleh perusahaan pada kuartal I 2024 untuk mendorong adopsi dan penjualan EV di Indonesia. Misalnya seperti pembangunan Joint Venture dengan salah satu perusahaan distributor kendaraan terkemuka di Indonesia untuk memaksimalkan kanal penjualan. Kemudian, kerja sama dengan salah satu perusahaan BUMN terbesar di Indonesia untuk green financing melalui skema Electric-Mobility as a Service.
Dia menambahkan, perusahaan terus mendukung realisasi target Net Zero Emissions. Dari total 60 bus VKTR yang telah beroperasi dengan jarak tempuh 5.432.358 km per 15 April 2024, diperkirakan 5.200 ton karbon berhasil dikurangi. Untuk menyerap 5.200 ton CO2, dibutuhkan sekitar 5.627 hektare vegetasi atau setara dengan 237 ribu pohon.