KEPERCAYAAN investor dunia kepada Indonesia tengah melorot. Pekan lalu, Standard & Poor’s (S&P)—lembaga riset dunia yang independen—mengeluarkan rating baru utang jangka panjang dan jangka pendek Indonesia.
Hasilnya, untuk utang dalam mata uang asing, rating Indonesia turun dari CCC menjadi selective default (SD). ”Ini akibat rencana penundaan pembayaran utang luar negeri,” kata Ketua Pemeringkat S&P Asia, Takahira Ogawa.
Menanggapi kabar buruk itu, pemerintah Indonesia segera memasang kuda-kuda. Maklum, rating yang dibuat S&P selalu menjadi acuan investor dunia dalam mengambil keputusan investasi.
Dalam siaran persnya, Menteri Koordinator Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti berharap rating Indonesia segera membaik setelah pertemuan London Club rampung. ”Ini masalah teknis yang bersifat sementara,” kata Dorodjatun.
Sejalan dengan penurunan rating utang Indonesia dari S&P, iklim investasi di Indonesia memang sedang me-masuki saat-saat sulit.
Realisasi penanaman modal asing (PMA) sedang merosot tajam. Untuk periode Januari-Maret 2002 saja, hanya tercatat ada 207 proyek PMA dengan nilai US$ 838 juta. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, realisasi PMA mencapai 312 proyek dengan nilai investasi mencapai US$ 3,2 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini