Ramai-Ramai Mengemplang Utang

KEBIASAAN konglomerat menjala utang lewat obligasi kini mulai menimbulkan masalah. Tahun ini saja, jumlah obligasi swasta yang jatuh tempo sekitar Rp 4,4 triliun. ”Setengahnya dipastikan akan default,” ujar analis Bahana Securities, Cholis Baidowi. Tengok saja obligasi senilai Rp 200 miliar yang dikeluarkan pada 1997 oleh PT Bakrie Finance Corporation. Kini Bakrie dinilai wanprestasi karena tak membayar pokok dan bunga yang mencapai Rp 40 miliar yang telah jatuh tempo. Akibatnya, para obligor—antara lain Dana Pensiun BNI 46, Dana Pensiun Kimia Farma, dan Dana Pensiun Perkebunan—pekan lalu mendaftarkan kasus ini ke pengadilan niaga Jakarta Pusat. ”Klien saya sudah capek menagih,” kata Deksi Arnaz, kuasa hukum para obligor Bakrie Finance. Menanggapi ancaman pailit, Aburizal Bakrie justru menyiapkan serangan balik. Soalnya, Aburizal menganggap tuntutan itu salah alamat. Sejak 24 Januari 2001, Aburizal dan Nirwan Bakrie tak lagi duduk di jajaran komisaris PT Bakrie Finance Corporation. ”Ini penghinaan. Pak Ical akan menuntut balik Rp 50 triliun,” kata Lalu Mara Satria Wangsa, orang dekat Aburizal. Selain Bakrie & Brothers, beberapa nama besar—seperti Barito Pacific Timber, Sinarmas Multifinance, Suryamas Dutamakmur, dan Duta Pertiwi—diperkirakan tak akan membayar kewajiban atas obligasinya. ”Jangankan pokoknya, bunganya pun mereka tak sanggup membayar,” ujar Cholis Baidowi.