Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo mengatakan pihaknya akan memulai pengembangan Proyek Garuda pada bulan Juli 2023 ini. Proyek Garuda merupakan inisiatif yang memayungi eksplorasi desain uang digital bank sentral atau central bank digital currency (CBDC) atau disebut dengan digital rupiah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami akan memulai mengembangkan digital rupiah Project Garuda pada bulan Juli ini. Pada saat itu kami akan meluncurkan mengenai konsep tools design-nya, prototype-nya," ungkap Perry saat menjadi pembicara kunci dalam Seminar Nasional Bangkit Bersama dan Semakin Berdaya yang diselenggarakan di Hotel Alila Solo, Jumat, 3 Maret 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perry menyatakan Proyek Garuda itu akan dikembangkan dalam kurun waktu sekitar satu setengah tahun ke depan. "Ini menjadi legasi kita untuk 60 persen milenial kita adalah dunia digital dengan digital rupiah," katanya.
Terkait Proyek Garuda ini, ke depan Indonesia akan menjadi salah satu negara yang kali pertama mengeluarkan mata uang digital, dalam hal ini digital rupiah.
"Kami akan kembangkan mulai dari perbankan dan para pelaku usaha skala besar. Kepada mereka akan diberikan lisensi untuk buka 2 rekening yang terbagi menjadi dua rekening biasa dan rekening digital sehingga para milenial itu bisa berjualan dengan membeli suatu aset digital dan bisa pula melalui suatu metafes," tuturnya.
Lebih lanjut Perry mengatakan digital rupiah ke depan ditargetkan dapat menjadi satu-satunya alat pembayaran di Indonesia.
Terkait digitalisasi, Perry menuturkan digitalisasi di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat. BI sendiri telah memulai implementasi digitalisasi itu untuk sistem pembayaran sejak tahun 2019 dengan mengembangkan QRIS, BI Fast, dan Snap.
"Digitalisasi betul-betul sangat cepat di Indonesia sehingga betul-betul digitalisasi adalah the future of Indonesia. Makanya kami terus mengembangkan QRIS kemudian BI Fast kemudian satu bahasa untuk layanan pembayaran dengan Snap dan juga mengembangkan start up-start up. Jadi kami mendukung pengembangan digital ini," tuturnya.
Perry juga menyebut untuk e-Commerce tahun ini bisa mencapai Rp 533 triliun. Menurutnya nilai itu terbilang dahsyat sekali.
"Perputaran uang di e-commerce itu besar sekali. Untuk uang elektronik penggunaan uang elektronik senilai Rp 495 triliun demikian juga layanan perbankan secara digital banking, bukan digital bank ya," ucap Perry.
Layanan perbankan secara digital itu, menurut Perry, sekitar hampir 64.000 itu berada beberapa kali lipat dari nominal GTB karena semua orang sekarang melakukan layanan perbankan perbankan melalui ponsel.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.