Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) tengah mengembangkan dan menyusun peta jalan target nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) sesuai target pemerintah, yaitu pada 2060 atau lebih cepat. Peta jalan NZE Pertamina ini mencakup strategi dekarbonisasi dan pengembangan bisnis baru berbasis energi bersih dan hijau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kita menetapkan roadmap net zero emission sebagai dukungan kita kepada Nationally Determined Contribution Indonesia yang baru saja direvisi dan Pemerintah telah menetapkan target yang lebih ambisius jadi kita ikuti,” ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati melalui keterangan tertulis, Sabtu, 8 Oktober 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nick menjamin, pelaksanaan Peta Jalan NZE Pertamina didukung oleh akuntansi karbon dan pelaporan yang akurat sesuai dengan standar global, implementasi internal harga karbon dan perdagangan karbon, pembentukan organisasi yang berdedikasi pasa keberlanjutan, penguatan kapabilitas fundamental, serta penyelarasan dengan pemangku kepentingan terkait.
Peta Jalan NZE Pertamina kata Nicke juga memuat rencana strategis jangka panjang perusahaan yang diselaraskan dengan aspirasi dekarbonisasi serta bisnis energi bersih dah hijau, begitu juga dengan target NZE dari Pemerintah, yaitu 2060 atau lebih cepat.
"Hal ini juga merupakan penegasan komitmen Pertamina guna mendukung komitmen Indonesia sebagai bagian dari komunitas global dalam aksi mitigasi perubahan iklim," kata Nicke.
Nicke mengatakan, juga telah melakukan penandatanganan komitmen bersama merealisasikan kerangka peta jalan NZE ini dengan direktur utama Sub Holding Pertamina. Komitmen ini mencakup aspek strategi serta arah yang akan dijalankan, serta segala aspek yang mendukung untuk memperkuat pencapaian target NZE dan keberlangsungannya.
Upaya dekarbonisasi Pertamina dalam rangka implementasi peta jalan NZE diwujudkan dalam beberapa inisiatif strategis berupa upaya efisiensi energi, pengueangan kerugian, elektrifikasi dan penggunaan bahan bakar rendah karbon maupun pembangkit listrik hijau, serta optimalisasi penangkapan dan penyimpanan karbon di semua lini bisnis.
“Indonesia punya potensi untuk carbon capture storage besar sekali. Di asia itu hanya di Indonesia dan Malaysia yang punya. Indonesia banyaknya onshore, Malaysia banyaknya di offshore. Jadi secara competitive advantage kita punya. Oleh karena itu, ini adalah our new oil and gas bussines carbon capture,” kata Nicke.
Selain itu, sebagai upaya untuk mengakselerasi implementasi pemenuhan target penurunan emisi di internal Pertamina dan nasional, Nicke berujar, Pertamina juga berperan aktif dalam mengembangkan ekosistem pasar karbon melalui pelaksanaan percontohan perdagangan karbon di internal Pertamina.
Untuk merealisasikan implementasi dalam mendukung inisiatif dekarbonisasi, kerja sama juga dilakukan dengan berbagai pihak lainnya, di antaranya Bursa Efek Indonesia terkait Pengembangan Perdagangan Bisnis Karbon, Krakatau Steel dan TEPCO terkait dengan pengembangan hidrogen hijau, Chiyoda terkait dengan inisiatif CCUS dan lainnya.
“Kita harus menyiapkan masa depan Pertamina dari sekarang karena apa yang kita lakukan semuanya tidak bisa flat begitu saja. Jadi semua rencana harus kita desain untuk masa depan,” ujar Nicke.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.