Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Timika - Pengawas PT Pertamina (Persero) Pelabuhan Paumako meminta warga Timika, Papua, tidak perlu panik dengan membeli bahan bakar minyak (BBM) secara berlebihan hingga memicu antrean panjang kendaraan roda dua dan empat di sejumlah SPBU setempat dalam beberapa hari terakhir.
Baca juga: Pertamina Tambah 8 Titik Lagi BBM Satu Harga di Sumatera
"Sekarang ini kami 'droping' BBM berapa pun ke SPBU langsung habis. Kondisi ini karena orang panik, lalu mulai membeli secara berlebihan untuk ditampung atau untuk dijual lagi dengan harga yang lebih mahal. Antrean kendaraan maupun jeriken dan drum di SPBU untuk membeli BBM sangat tidak masuk akal, padahal pasokan dari kami normal-normal saja," kata Zefnat selaku Pengawas Pertamina di Depo Jober Pelabuhan Paumako, Selasa, 22 Oktober 2018.
Menurut dia, pasokan BBM jenis solar, premium, pertalite dan pertamax (khusus untuk SPBU Buana Agung) kembali normal sejak 16 Oktober setelah kapal tanker yang mengangkut BBM tiba di Pelabuhan Paumako dari Pelabuhan Wayame Ambon. Kapal tanker tersebut mengangkut 1.000 kiloliter BBM jenis premium, pertalite dan solar.
Senin kemarin, Jober Pertamina Pelabuhan Paumako memperbanyak pasokan BBM jenis premium dan pertalite ke lima SPBU di Timika lantaran kendaraan yang mengantre BBM padat merayap. Bahkan pelayanan muat BBM dari Jober Pertamina Pelabuhan Paumako ke semua SPBU dilakukan sampai tengah malam.
Zefnat meminta dukungan dari instansi terkait seperti kepolisian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk mengawasi penjualan BBM di setiap SPBU. "Yang terjadi di lapangan orang orang terlalu banyak membeli BBM. Apalagi pengecer, sama sekali tidak terkontrol. Di luar-luar itu pengecer sudah menjual sampai harga Rp 30 ribu per botol air kemasan (isi 1,5 liter). Ini gila, mau berapapun kami pasok pasti langsung habis," tutur Zefnat.
Zefnat mengatakan setiap hari pasokan BBM ke semua SPBU rata-rata untuk solar dan pertamax sebanyak delapan kiloliter, premium 16-24 kiloliter, pertalite 16-24 bahkan hingga 32 kiloliter.
Di salah satu SPBU, Zefnat menemukan sendiri ada kendaraan roda empat (angkutan kota) yang telah memodifikasi tanki BBM-nya. Kendaraan tersebut seharusnya hanya bisa mengisi 20-40 liter, namun telah dimodifikasi untuk bisa menampung hingga 200 liter BBM.
"Yang macam-macam begini, tidak bisa Pertamina sendiri yang bertindak. SPBU juga tidak bisa menegur. Tolong rekan-rekan dari Perindag dan kepolisian untuk membantu mengawasi ini agar BBM tidak disalahmanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk mencari keuntungan pribadi," kata Zefnat.
Mengingat tingginya permintaan BBM di sejumlah SPBU di Timika yang dinilai tidak normal dalam beberapa waktu terakhir, Pertamina Pelabuhan Paumako hingga kini belum bisa melayani pengiriman BBM untuk agen premium, minyak tanah dan solar (APMS) di Yahukimo, Asmat, dan Suator.
Kondisi itu juga mempengaruhi pelayanan BBM satu harga ke sejumlah kabupaten di pedalaman Papua.
Dalam satu bulan terakhir, kata Zefnat, terjadi peningkatan pemakaian BBM di wilayah Timika hingga 700 kiloliter.
"Yang aneh, ada SPBU yang biasanya setiap hari kami droping delapan kiloliter dan tidak habis dijual, tapi sekarang dapat dropingan 16 kiloliter tapi langsung habis. Apa betul masyarakat Timika membutuhkan BBM dalam jumlah banyak. Berapa sih kendaraan yang ada di Timika. Kami menduga ada oknum-oknum tertentu yang sengaja menimbun BBM untuk tujuan tertentu. Tolong ini diusut tuntas oleh aparat yang berwenang," kata Zefnat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini