Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Kementerian Perdagangan mencatat terdapat peningkatan transaksi e-commerce pada semester I 2024 sebesar 13-16 persen dibanding pada periode yang sama pada 2023.
Kementerian Perdagangan memperkirakan jumlah pengguna e-commerce akan mencapai 65,65 juta hingga akhir tahun ini.
Wakil Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia Budi Primawan menekankan bahwa pelemahan daya beli konsumen pasti akan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat secara umum, termasuk lewat e-commerce.
SEKTOR e-commerce tetap tumbuh positif di tengah melemahnya daya beli masyarakat. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Moga Simatupang mengatakan terdapat peningkatan transaksi e-commerce pada semester I 2024 sebesar 13-16 persen dibanding pada periode yang sama pada 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Perdagangan mencatat nilai transaksi e-commerce pada 2023 mencapai Rp 453,75 triliun. Moga memperkirakan transaksi e-commerce pada 2024 menyentuh angka Rp 487 triliun. Ia menilai pertumbuhan ini juga dapat dilihat dari kenaikan jumlah transaksi belanja online dalam acara-acara tertentu yang diselenggarakan platform e-commerce.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Moga, pertumbuhan e-commerce pun ditandai dengan banyaknya pelaku usaha, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang terus memanfaatkan e-commerce untuk penjualan. Termasuk penjualan melalui konten digital ataupun live shopping yang disediakan berbagai platform e-commerce.
Jumlah pengguna e-commerce di Indonesia juga terus meningkat. Pada 2022, jumlahnya 50,89 juta pengguna, lalu naik menjadi 58,63 juta pada 2023. Kementerian Perdagangan memperkirakan jumlah pengguna e-commerce mencapai 65,65 juta hingga akhir tahun ini.
Berdasarkan laporan Google, Bain and Company, serta Temasek Holdings, gross merchandise value (GMV) atau nilai barang dagangan kotor pasar e-commerce Indonesia terus meningkat sejak 2019. Pada 2019, GMV pasar e-commerce Indonesia sebesar US$ 25 miliar. Hingga 2023, angkanya tumbuh menjadi US$ 62 miliar.
Meski konsumsi rumah tangga menurun, Moga menilai pertumbuhan e-commerce akan tetap positif karena perilaku konsumen yang ingin memperoleh barang dengan mudah. "Jadi transaksi belanja online melalui platform e-commerce akan tetap tumbuh," katanya kepada Tempo, Kamis, 10 Oktober 2024.
Adapun Badan Pusat Statistik mencatat, pada kuartal kedua 2024, pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 4,91 persen atau lebih rendah daripada kuartal kedua 2023 yang sebesar 5,22 persen. Indonesia juga mengalami deflasi lima bulan berturut-turut sejak Mei hingga September 2024. Pada September, deflasi secara bulanan menyentuh level 0,12 persen atau naik dari bulan sebelumnya di level 0,03 persen.
Moga tak menampik fakta bahwa pelemahan daya beli masyarakat dapat berdampak pada perkembangan e-commerce ke depan. Ada beberapa upaya yang dilakukan Kementerian Perdagangan agar sektor e-commerce tetap tumbuh. Salah satunya berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan pelaku Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) untuk meningkatkan kemampuan pelaku usaha dalam negeri, khususnya UMKM, agar dapat lebih kompetitif di pasar e-commerce.
Pedagang menawarkan produk melalui siaran langsung di lokapasar pada Hari Belanja Nasional (Harbolnas) 10.10 di kiosnya di Thamrin City, Jakarta, 10 Oktober 2024. TEMPO/Tony Hartawan
Selain itu, Kementerian Perdagangan menyatakan akan tetap memperkuat pengawasan barang yang diperdagangkan di platform e-commerce. Tujuannya, tutur Moga, memastikan pemenuhan standardisasi serta persyaratan teknis, seperti standar nasional Indonesia (SNI), izin edar, dan sertifikasi halal. Dengan demikian, kepercayaan konsumen dalam bertransaksi melalui platform e-commerce dapat terjaga.
Head of Communications Tokopedia and TikTok E-Commerce Aditia Grasio Nelwan mengatakan animo masyarakat untuk berbelanja online di Tokopedia ataupun ShopTokopedia masih tumbuh positif di tengah melemahnya daya beli. Pakaian muslim, gawai dan elektronik, keperluan ibu dan bayi, makanan dan minuman, serta produk kecantikan menjadi kategori produk dengan kenaikan jumlah transaksi tertinggi pada semester I 2024, dengan rata-rata kenaikan hampir 1,5 kali lipat.
Peningkatan jumlah transaksi didorong berbagai program, seperti Promo Guncang 6.6 pada 2024 yang berhasil meningkatkan transaksi lebih dari 72 persen. Pada Maret-Mei 2024, kenaikan jumlah transaksi tertinggi di ShopTokopedia terjadi di Bangka Belitung, Bali, Banten, Jawa Barat, dan Jakarta. Rata-rata kenaikannya hampir dua kali lipat.
Agar dapat tetap bertahan di tengah menurunnya konsumsi masyarakat, Aditia mengatakan, Tokopedia dan ShopTokopedia akan terus berupaya membantu pelaku usaha memulai serta membangun bisnis lewat platformnya, juga mempermudah masyarakat menjangkau produk kebutuhan melalui pemanfaatan teknologi.
Pertumbuhan positif juga dialami e-commerce Blibli. PT Global Digital Niaga Tbk yang menaungi omnichannel Blibli melaporkan kenaikan kinerja keuangan. Pada kuartal pertama tahun ini, pertumbuhan pendapatan neto konsolidasi Blibli naik 2 persen menjadi Rp 3,923 triliun dibanding pada kuartal pertama tahun lalu yang sebesar Rp 3,830 triliun.
Head of Value Added Services Blibli David Michum mengatakan salah satu faktor yang mendorong peningkatan jumlah transaksi di platform belanja daring tersebut adalah fitur Click & Collect yang mengakomodasi belanja lewat omnichannel dengan memadukan pengalaman belanja daring dan luring. "Secara kontribusi, masih belum besar. Tapi setiap tahun pada 2021, 2022, 2023, dan 2024, kami tumbuh dua kali jumlah transaksi yang menggunakan Click & Collect," ujarnya, seperti dikutip dari Antara pada 2 Juli 2024.
Wakil Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Budi Primawan menuturkan tren belanja online di Tanah Air memang masih cukup kuat. Musababnya, perilaku belanja masyarakat yang mengutamakan kemudahan melalui pembelanjaan online sudah terbentuk.
Namun Budi menekankan bahwa pelemahan daya beli konsumen pasti akan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat secara umum, termasuk lewat e-commerce. "Sebab, dengan melemahnya daya beli sebagian masyarakat, akan ada skala prioritas dalam pembelanjaan," tuturnya.
Karena itu, Budi mengatakan platform e-commerce, baik lokapasar maupun retail online, harus mencermati perubahan tren belanja online masyarakat. Sebab, tren belanja bisa berubah sesuai dengan tren yang sedang berjalan. Karena itu, diperlukan inovasi agar pertumbuhan e-commerce bisa tetap terjaga.
Direktur Ekonomi Digital Economy Center of Economic and Law Studies Nailul Huda menyatakan pelaku usaha e-commerce tetap perlu berhati-hati di tengah melemahnya daya beli masyarakat. Meskipun terjadi kenaikan jumlah transaksi pada semester I 2024, penurunan pernah terjadi dari Rp 476 triliun pada 2022 menjadi Rp 454 triliun pada 2023.
Suasana kantor Tokopedia di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Kendati demikian, Nailul memperkirakan daya beli masyarakat menguat pada akhir 2024 seiring dengan adanya tambahan pendapatan dari bonus akhir tahun. Menurut dia, e-commerce dapat berperan menggenjot konsumsi masyarakat, misalnya pada momentum Hari Belanja Nasional (Harbolnas) pada Desember mendatang.
"Maka memang akhir tahun harus menjadi momentum bagi platform e-commerce untuk mendorong nilai atau volume belanja dengan berbagai program promo dan sebagainya," ujar Nailul.
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi berujar deflasi bertubi-tubi sebagai sinyal melemahnya daya beli harus diwaspadai pelaku usaha e-commerce. Terlebih penurunan konsumsi sudah terlihat di pasar-pasar tradisional. "Sehingga pada saatnya pasti akan mempengaruhi transaksi di pasar e-commerce," katanya.
Jika hal itu tidak diantisipasi dengan baik, Heru menekankan, pertumbuhan sektor ekonomi digital Indonesia berisiko merosot. Karena itu, pemerintah harus serius mengatasi masalah daya beli ini. Salah satu caranya adalah mengembalikan tarif pajak pertambahan nilai dari 11 persen ke 10 persen. Terlebih konsumsi rumah tangga merupakan motor pertumbuhan ekonomi Indonesia.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo