Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Perusahaan Tambang Genjot Penghiliran Produk

Inalum menginvestasikan US$ 3 miliar untuk menggarap tiga proyek di tiga lokasi.

15 September 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Inalum menginvestasikan US$ 3 miliar untuk menggarap tiga proyek di tiga lokasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong induk perusahaan pertambangan tidak hanya memanfaatkan tambang mentah untuk ekspor. Perusahaan pertambangan milik pemerintah merealisasi penghiliran industri pada akhir tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Juru bicara PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Rendi Witular, mengatakan ada tiga proyek penghiliran prioritas yang bakal dikerjakan perseroan. "Tiga proyek itu bisa lebih dari US$ 3 miliar. Porsi terbesar dialokasikan untuk proyek di Kalimantan Utara," kata dia, kemarin. Menurut Rendi, skema pembiayaan tiga proyek tersebut belum diputuskan. "Masih disimulasikan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu proyek yang akan digarap adalah menaikkan kapasitas smelter aluminium dari 250 ribu ton menjadi 300 ribu ton per tahun dengan konsumsi listrik yang sama. Proyek tersebut ditargetkan selesai pada 2021. Proyek ini berlokasi di Kuala Tanjung, Sumatera Utara. 

Kemudian Inalum juga sedang merancang pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) bekerja sama dengan PT Aneka Tambang. Smelter tersebut akan mengolah bauksit menjadi alumina untuk bahan baku Inalum. Smelter itu rencananya memproduksi alumina sebanyak 1 juta ton per tahun. Proyek di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, ini direncanakan selesai pada 2020. 

Terakhir, perusahaan juga akan membangun smelter aluminium baru dengan kapasitas 500 ribu hingga 1 juta ton per tahun di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Inalum akan menambah pembangunan pembangkit listrik tenaga air yang memanfaatkan Sungai Kayan dengan kapasitas 850-1.700 megawatt. Pembangkit akan memasok listrik untuk smelter dan kawasan industri. "Sejauh ini tidak ada kendala. Hanya proses administrasi yang harus dilalui," tutur Rendi.

Direktur Utama PT Timah, Mochtar Riza Pahlevi Tabrani, mengatakan sudah mengekspor produk lanjutan timah, seperti tin solder dan tin chemical. Selain itu, kata dia, produksi logam untuk domestik sebagian besar menyerap industri hilir anak perusahaannya, yaitu PT Timah Industri di Cilegon, Jawa Barat. "Kalau ekspor semua sudah dalam bentuk logam. Dari seluruh produk logam kami, 10 persen untuk pasar domestik, diserap oleh lebih hilir lagi. Itu juga diekspor," kata Tabrani.

Dia menjelaskan, saat ini Timah sedang memodernisasi sistem pengolahan dan peleburan bijih timah. Dari kegiatan ini diharapkan perseroan bisa menghemat biaya produksi dengan tingkat recovery yang lebih tinggi. Menurut Tabrani, pembangunannya sekarang sudah berjalan. Adapun efisiensi yang diharapkan bisa memangkas biaya produksi hingga 15-20 persen. "Estimasi selesai pada 2020," ujarnya.

Direktur Utama PT Bukit Asam (PTBA), Arviyan Arifin, mengatakan sedang mengkaji penghiliran batu bara jadi gas. Sampai saat ini, kata dia, negara masih bergantung pada impor gas. Padahal impor gas merupakan salah satu kegiatan yang memakan devisa. 

Arviyan mencontohkan, Cina bisa menghasilkan gas dari batu bara untuk memproduksi pupuk. Jika bisa dikembangkan di Indonesia, diharapkan produksi pupuk dalam negeri bisa bersaing dengan produk impor. "Nantinya petani bisa dapat pupuk murah," kata Arviyan

Adapun PT Aneka Tambang menargetkan ekspor sebesar US$ 1,046 miliar meskipun harga nikel sedang turun. Perihal penghiliran, tahun ini Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo, mengatakan pihaknya sedang menyelesaikan konstruksi pabrik feronikel di Halmahera Timur dengan kapasitas 13.500 ton per tahun. "Akhir tahun ini akan commissioning," kata dia. 

Menurut Direktur Utama PT Inalum, Budi Gunadi Sadikin, ekspor produk dalam bentuk penghiliran akan menaikkan harga. Dia mencontohkan, pengolahan nikel menjadi feronikel ditargetkan bisa menghasilkan US$ 356 juta dibanding menjual nikel hanya US$ 128 juta. 

Dia mengakui penjualan tambang mentah masih tinggi. Sampai saat ini, industri nikel, batu bara, dan bauksit masih menjual produk mentah ke luar negeri. Budi menuturkan, saat ini batu bara digenjot untuk menjalankan penghilirannya. 

Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mengatakan banyak industri tambang dalam negeri masih menjual produk mentah ke luar negeri. Menurut dia, perusahaan tambang seharusnya mengolah produk sendiri atau penghiliran sehingga memiliki nilai tambah lebih tinggi. LARISSA HUDA


Percepat Smelter

Induk perusahaan pertambangan, PT Inalum, mengejar target pengembangan penghiliran untuk menghasilkan produk lanjutan. Usaha penghiliran sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Berikut ini rencana kegiatan pengembangan produk jadi industri tambang pemerintah.

PT Inalum:
» Menaikkan kapasitas smelter aluminium dari 250 ribu ton ke 300 ribu ton per tahun di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
» Membangun Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) bekerja sama dengan Antam dengan kapasitas 1 juta ton alumina per tahun di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
» Membangun smelter aluminium baru dengan kapasitas 500 ribu hingga 1 juta ton per tahun di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.
» Pembangunan PLTA di Kalimantan Utara dengan kapasitas 850 MW hingga 1.700 MW.

PT Antam:

Nikel:
» Mengoperasikan tiga unit smelter dengan kapasitas total mencapai 27 ribu hingga 30 ribu ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
» Menyelesaikan konstruksi Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) di Halmahera Timur, Maluku Utara, dengan kapasitas produksi feronikel 13.500 TNi per tahun.

Emas:
Memproduksi emas batangan bermotif batik seri I dan seri II, produk perhiasan, emas batangan tematik, serta produk jasa depositori logam mulia bernama Brankas (Berencana Aman Kelola Emas).

Bauksit
Membangun pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, yang bekerja sama dengan PT Inalum (Persero) dengan 1 juta ton SGA per tahun untuk tahap pertama.

PT Bukit Asam
Menandatangani kesepakatan kerja sama penghiliran batu bara bersama PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk pada Desember 2017.

PT Timah
Mengelola timah menjadi tin chemical dan tin solder melalui PT Timah Industri.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus