Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

PLN Akan Terapkan CCS untuk Dekarbonisasi Sektor Kelistrikan, Bersiap Uji di 4 PLTU

PLN memegang peranan penting dalam transisi energi Indonesia ke energi bersih.

5 Agustus 2024 | 07.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) menyatakan siap mengimplementasikan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) sebagai salah satu pilar penting dekarbonisasi di sektor ketenagalistrikan. Pemerintah mencanangkan program Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 mendatang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan perseroannya telah menyusun rencana jangka pendek dan panjang untuk mengurangi emisi karbon dalam mewujudkan program pemerintah itu. Salah satunya dengan mengembangkan teknologi CCS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“PLN memegang peranan penting dalam transisi energi Indonesia ke energi bersih. Kami telah memiliki peta jalan transisi energi yang komprehensif dan berkomitmen untuk menjalankan peta jalan tersebut untuk mencapai Net Zero Emissions pada 2060,” kata Darmawan seperti dikutip dalam keterangan tertulis pada Jumat, 3 Agustus 2024.

Darmawan menyebut sebagai perusahaan yang menerapkan teknologi CCS sektor kelistrikan di Indonesia, PLN telah menggandeng berbagai mitra internasional dalam studi pengembangan teknologi CCS di lima pembangkit listrik. Dia mengatakan tantangan dalam menjalankan transisi energi sangat besar dan membutuhkan kolaborasi antarkomunitas global. 

"Kami telah menggandeng berbagai mitra internasional untuk melakukan studi implementasi CCS di 4 PLTU dan 1 PLTGU milik kami," ujar Darmawan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon telah menunjukkan komitmen dan keseriusan pemerintah untuk menerapkan teknologi CCS sebagai bagian dari inisiatif dekarbonisasi. Dia mengatakan pemerintah ingin bergerak cepat dalam menerapkan teknologi CCS. 

"Kami sadar pentingnya kematangan untuk teknologi CCS, jadi kami akan terus melakukan banyak hal untuk mencapai target tersebut," ujar Luhut pada acara Internasional & Indonesia CCS (IICCS) Forum 2024, di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu kemarin seperti dikutip dalam keterangan tertulis pada Jumat, 3 Agustus 2024.

Luhut mengatakan implementasi ini tidak saja penting dalam upaya mereduksi emisi karbon secara masif, tapi Indonesia ingin menjadi pelopor CCS. Dia berharap langkah ini akan mampu menciptakan ekonomi sirkular lewat penciptaan lapangan kerja baru.

”Inisiatif CCS didorong oleh Indonesia dan negara-negara tetangga untuk mengurangi emisi dan melindungi bumi. Lebih dari itu, Indonesia ingin menjadi pelopor CCS cross-border, mengubah investasi menjadi pendapatan, pekerjaan, dan inovasi, serta menciptakan kemakmuran dan keberlanjutan,” kata Luhut.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Strategi Percepatan Penerapan Energi Transisi dan Pengembangan Infrastruktur Energi, Ego Syahrial, mengatakan bahwa pemerintah telah merancang peta jalan transisi energi menuju NZE. Dalam proses ini, teknologi seperti CCS berperan penting dalam mereduksi ketergantungan akan bahan bakar fosil dan menggantikannya dengan EBT.

"Teknologi inovatif rendah emisi karbon seperti CCS dan CCUS dapat diterapkan dalam kondisi tertentu untuk membantu pembangkit listrik berbahan bakar fosil mempercepat pengurangan emisi dalam proses mewujudkan lingkungan yang lebih bersih dan hijau," kata dia.

Ego menyebut saat ini pemerintah telah menjalankan 15 proyek CCS dan CCUS yang tersebar di berbagai daerah. Keseluruhan proyek tersebut diperkirakan mampu menyimpan sumber daya lebih dari 500 Gigaton.

"Seluruh proyek tersebut rata-rata diperkirakan mulai beroperasi di tahun 2030. Dengan lokasi yang strategis dan sumber daya penyimpanan yang tersedia, kami yakin Indonesia dapat menjadi negara terdepan di kawasan Asia Tenggara dalam pengembangan CCS," imbuhnya.

Sementara itu Executive Vice President (EVP) Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN, Warsono mengatakan saat ini 37,6 Gigawatt (GW) pembangkit telah memenuhi syarat untuk penerapan CCS dan 19 GW secara teknis layak dan diprioritaskan untuk implementasi CCS.

"CCS akan memainkan peran penting dalam upaya dekarbonisasi sektor pembangkitan listrik. Dalam hal ini, PLN menyiapkan implementasi CCS untuk total kapasitas 2 GW pada tahun 2040 dan 19 GW pada tahun 2060," kata dia.

PLN menggandeng mitra seperti JERA dan JGC, INPEX, serta Karbon Korea dalam studi penerapan CCS di PLTU maupun PLTGU milik perseroan. Pembangkit yang menjadi percontohan penerapan CCS di antaranya PLTU Suralaya Unit 1-4, PLTU Suralaya Unit 5-7, PLTU Indramayu, PLTGU Tambak Lorok, dan PLTU Tanjung Jati B.

"Kolaborasi antar pemangku kepentingan sangat penting untuk implementasi CCS di masa depan. Untuk pilot plan-nya, kami telah melakukan studi dengan beberapa pemangku kepentingan terkait penerapan CCS ini," kata Warsono.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus