Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penerimaan Negara Bukan Pajak atau PNBP dari sektor mineral dan batu bara mencetak rekor tertinggi di tahun ini. Hingga 10 Desember, angkanya sudah mencapai Rp 70,05 triliun atau realisasinya mencapai 179,14 persen dari target di APBN yang hanya Rp 39,1 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini merupakan pencapain tertinggi dari realisasi PNBP selama ini," kata Direktur Penerimaan Mineral dan Batu Bara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM, Muhammad Wafid, dalam konferensi pers, Selasa, 21 Desember 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wafid merinci capaian realisasi PNBP mineral dan batu bara dalam lima tahun terakhir. Pada 2017, PNBP sektor ini mencapai Rp 40,62 triliun (realisasi 124 persen) dan Rp 50 triliun (realisasi 155 persen) pada 2018. Berikutnya pada 2019, PNBP mencapai Rp 45,59 triliun (realisasi 103 persen) dan Rp 34,6 triliun (realisasi 110 persen) pada 2020.
Wafid menyebut pencapaian PNBP ini tidak hanya didominasi oleh tingginya harga komoditas, khususnya batu bara. Menurut dia, pengelolaan dari pemerintah juga turut berkontribusi pada kenaikan realisasi ini.
"Karena kami mewajibkan seluruh wajib bayar untuk segera melunasi PNBP sebagaimana kewajiban kepada negara," kata dia.
Meski harga batu bara sedang tinggi, tapi produksi di dalam negeri sebenarnya belum mencapai target 625 juta ton tahun ini. Hingga 10 Desember, realisasinya baru 560 juta ton atau 89,6 persen.
Sementara itu, realisasi pemanfaatan batu bara domestik juga baru 121,3 juta ton atau 88,2 persen dari target 137,5 juta ton. Meski demikian, Wafid memastikan kebutuhan untuk batu bara dalam negeri tahun ini sudah terpenuhi seluruhnya.
Sementara kalau PNBP naik, maka investasi sektor mineral dan batu bara justru terus mengalami tren penurunan. Hingga 10 Desember 2021, total investasi yang terwujud mencapai US$ 3,5 miliar atau realisasi 81,3 persen dari target.
Angka US$ 3,5 miliar ini juga paling rendah dalam lima tahun terakhir. Perkembangan realisasi investasi yaitu US$ 6,1 miliar (2017), US$ 7,4 miliar (2018), US$ 6,5 miliar (2019), dan US$ 4,2 miliar (2020). Wafid menyebut capaian investasi melorot karena imbas pandemi.