Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Prabowo soal Rasio Penerimaan Negara RI di Bawah Kamboja: Apakah Orang Indonesia Lebih Bodoh? Tidak Becus?

Prabowo menjelaskan ingin membentuk Badan Penerimaan Negara yang terpisah dari Kemenkeu. Salah satunya agar rasio pendapatan negara bisa meningkat.

9 November 2023 | 14.40 WIB

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyapa peserta Rakernas LDII di Grand Ballroom Minhaajurrosyidiin, Lubang Buaya, Jakarta, Selasa 7 November 2023. Dalam Rakernas LDII 2023 Menteri Pertahanan yang juga bakal calon Presiden dari Koalisi Indonesia Maju memberikan materi pembekalan Memaksimalkan Peran Ormas dalam Membangun Negara Berdaulat Menyongsong Indonesia Emas. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Perbesar
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyapa peserta Rakernas LDII di Grand Ballroom Minhaajurrosyidiin, Lubang Buaya, Jakarta, Selasa 7 November 2023. Dalam Rakernas LDII 2023 Menteri Pertahanan yang juga bakal calon Presiden dari Koalisi Indonesia Maju memberikan materi pembekalan Memaksimalkan Peran Ormas dalam Membangun Negara Berdaulat Menyongsong Indonesia Emas. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Bakal calon presiden Prabowo Subianto menjelaskan alasan dia ingin membentuk Badan Penerimaan Negara yang terpisah dari Kementerian Keuangan atau Kemenkeu. Salah satunya agar penerimaan negara lebih optimal, sehingga tak lagi tertinggal dengan sejumlah negara tetangga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Di banyak tempat, di negara-negara maju, memang agak dipisahkan antara policy making Kementerian Keuangan dengan tax collection atau revenue collection," ujar Prabowo dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Jakarta Selatan pada Rabu, 8 November 2033.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski begitu, dia tak menjelaskan secara gamblang negara mana saja yang melakukan praktik tersebut. Sementara itu, pada slide presentasinya, tertulis 'Membentuk Badan Penerimaan Negara dan Tingkatkan Pendapatan Capai 20 Persen'. Badan itu disebut didirikan untuk membiayai pembangunan dan pemerataan.

Lebih jauh, Prabowo menyebut, pembentukan Badan Penerimaan Negara adalah suatu gagasan atau strategi yang dilakukan tim pakarnya. Tim pakar itu membantu Prabowo melakukan simulasi, kajian, hingga studi banding.

Lewat Badan Penerimaan Negara itu pula, Prabowo yakin perbandingan rasio pendapatan negara terhadap produk domestik bruto (PDB) di Indonesia bisa meningkat. Ia lalu membandingkan rasio serupa dengan yang Kamboja. 

"Sebagai contoh, kalau kita lihat rasio pendapatan atau government revenue ratio to GDP, kita melihat bahwa Indonesia kalah dengan Kamboja," kata Menteri Pertahanan ini.

Pada 2021, misalnya, rasio pendapatan negara terhadap PDB Indonesia sebesar 11,8 persen. Sementara di tahun yang sama, rasio serupa di Kamboja mencapai 18,1 persen.  

Negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, kata Prabowo, juga lebih tinggi ketimbang yang Indonesia catatkan. Contohnya, Malaysia dengan revenue ratio sebesar 15,1 persen pada 2021, Vietnam sebesar 18,2 persen, dan Thailand sebesar 18,5 persen.

"Saya tanya saudara-saudara, bedanya kita sama orang Kamboja, sama orang Vietnam apa? Apakah ini karena orang Indonesia lebih bodoh? Tidak becus?" ujar Prabowo.

Menurut Prabowo, rasio pendapatan negara terhadap PDB Indonesia yang masih kalah dibanding negara-negara tetangga tersebut semata-mata karena masalah manajemen dan will alias kemauan. Ia yakin dengan manajemen yang baik di Ditjen Pajak maupun Ditjen Bea Cukai, penerimaan negara bisa diperbaiki.

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus