Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Proyeksi Kinerja Emiten Tekstil Masih Penuh Tantangan di 2025

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, memproyeksikan 2025 mendatang emiten tekstil masih menghadapi sejumlah tantangan berat.

27 Desember 2024 | 14.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Himawan, pialang saham memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di rumahnya kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Senin, 3 Januari 2022. Selama menjadi pialang saham dari rumah, Himawan telah melakukan trading kurang lebih 40 emiten. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perkara penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) hingga kepailitan mendera beberapa emiten tekstil pada 2024. Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, memproyeksikan 2025 mendatang emiten tekstil masih menghadapi sejumlah tantangan berat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Oktavianus, tantangan itu salah satunya terjadi karena persaingan ketat dengan barang impor. Ia menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat hingga November 2024, industri tekstil dan produk pertekstilan atau TPT melakukan impor sebanyak 1,96 juta ton dengan nilai sebesar US$8,07 miliar. “Jumlah itu naik 5,84 persen secara tahunan,” kata Oktavianus saat dihubungi Tempo, Kamis 26 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di sisi lain, kata dia, industri TPT sebenarnya tumbuh positif 7,43 persen secara tahunan per kuartal ketiga 2024. Namun, ada sentiment global yang menurutnya berpotensi jadi pemberat pada 2025 mendatang. “Kami melihat di tahun 2025 akan timbul kekhawatiran di tengah kebijakan tarif Donald Trump, karena ekspor TPT terbesar masih ke Amerika Serikat,” ujarnya.

Menurutnya, ada potensi Ketidakpastian ekonomi global di tengah arah kebijakan bank sentral yang cenderung mengalami pelambatan dari perkiraan pasar. Selain itu, ada kekhawatiran daya beli masyarakat dalam negeri yang melambat dan berpotensi  semakin menekan industri tekstil.

Seperti diketahui, salah satu emiten tekstil besar, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex baru saja mengalami penolakan kasasi oleh Mahkamah Agung atas putusan pailit di Pengadilan Niaga Semarang. Direktur Utama Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto pada Jumat, 20 Desember 2024 lalu mengatakan masih akan melakukan upaya hukum dengan pengajuan Peninjauan Kembali (PK).

Selain itu, sejumlah emiten tekstil juga masih berkutat dengan perkara PKPU. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), masih ada emiten teksil yang mendapat notasi M karena PKPU seperti PT Sejahtera Bintang Textile Tbk (SBAT).

Adapun, beberapa emiten garmen dan tekstil lain seperti PT Pan Brothers Tbk, PT Century Textile Industry Tbk (CNTX), PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY), dan sejumlah emiten lain juga mendapat notasi dari BEI untuk berbagai persoalan lain. Mengenai kondisi ini, Oktavianus mengatakan kondisi emiten tekstil masih belum berpotensi pulih. “Saat ini kami belum memberikan rekomendasi untuk emiten tekstil di tengah berbagai sentimen di atas,” kata dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus