Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pihak menanggapi pernyataan Calon wakil presiden nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka yang mengatakan program food estate singkong di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, berhasil. Klaim tersebut Gibran sampaikan saat debat cawapres di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, pada Ahad malam, 21 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“(Paslon) Nomor 1 dan nomor 3 ini kan kompak (menyebut) food estate gagal. Saya tegaskan sekali lagi, memang ada yang gagal. Tapi ada yang berhasil juga yang sudah panen. Misalnya di Gunung Mas Kalteng, itu sudah panen jagung, ya singkong itu Pak, cek saja nanti datanya,” ujar Gibran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, klaim Gibran soal food estate di Gunung Mas berhasil tak sesuai dengan temuan Majalah Tempo. Investigasi oleh Majalah Tempo edisi 9 Oktober 2021 menemukan sejumlah masalah yang menunjukkan kegagalan implementasi program food estate, terutama di bilangan tersebut. Pada November 2020, setidaknya 600 hektare hutan ditebang untuk proyek ini, namun enam bulan kemudian, singkong yang ditanam hanya tumbuh setinggi selutut orang dewasa.
Dosen Hubungan Internasional, Universitas Islam Indonesia, Masitoh Nur Rohma mengatakan food estate yang dilaksanakan mulai 2020 di dengan luas 30.000 ha dari bekas proyek lahan gambut dengan komoditas padi itu dinyatakan gagal. Ada beberapa faktor penyebab, antara lain karena terjadi pemaksaan perubahan pola tanam. Akibatnya panen gagal serta produksi tak maksimal untuk periode selanjutnya.
Berikut tanggapan dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Greenpeace, dan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) ihwal klaim Gibran sebut food estate di Gunung Mas, Kalimantan Tengah berhasil.
1. Walhi
Direktur Walhi Kalimantan Tengah Bayu Herinata membantah klaim Gibran soal food estate di Kabupaten Gunung Mas berhasil. Ia menyebut, hingga hari ini belum ada panen di food estate di wilayah itu. Lumbung pangan di Gunung Mas awalnya ditanami singkong atau food estate singkong oleh Kementerian Pertahanan yang dipimpin Prabowo Subianto. Namun, tanah di sana ternyata tak cocok ditanami singkong sehingga gagal panen.
“Food estate gagal, terlebih yang food estate singkong di Gunung Mas. Singkong di sana gagal tumbuh,” ujar Bayu dalam keterangannya kepada Tempo pada Senin, 22 Januari 2024.
Padahal, hutan sudah terlanjur dibabat yang menyebabkan kerusakan lingkungan serta bencana banjir di daerah sekitar lahan food estate. Belakangan, kata Bayu, lahan yang sempat mangkrak itu lantas ditanami jagung. Penanaman jagung di sana pun terkesan dipaksakan karena ditanam dalam polybag sehingga membutuhkan biaya tambahan.
“Karena gagal maka dibuat justifikasi, mengganti dengan jagung yang ditanam dalam polybag, supaya terlihat berhasil,” ujarnya.
2. Greenpeace
Juru Kampanye Hutan Greenpeace, Iqbal Damanik, juga membantah pernyataan Gibran Rakabuming Raka yang mengklaim food estate di Gunung Mas berhasil. Pihaknya mengaku telah tiga kali mendatangi lokasi di Gunung Mas tersebut dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Hasilnya, mereka tidak pernah melihat keberhasilan proyek food estate di sana.
“Kami tidak melihat ada sedikit pun keberhasilan (food estate) di sana,” ujar Iqbal kepada Tempo pada Senin, 22 Januari 2024.
Iqbal mengatakan bahwa proyek food estate di Gunung Mas, Kalimantan Tengah oleh Kementerian Pertahanan yang dipimpin Prabowo telah menyebabkan deforestasi dan bencana. Proyek ini, kata dia, harus dihentikan. Apalagi pembukaan lahan food estate menyebabkan kebakaran hutan. Selain itu, proyek ini hanya menyisakan kerugian bagi negara lantaran telah mengorbankan hutan tanpa adanya produksi.
“Proyek food estate bukan langkah yang tepat untuk dilanjutkan, mengingat belum ada satu pun proyek food estate yang benar-benar berhasil di Indonesia. Karena selama ini pangan dan pertanian kita ditopang oleh modal sosial petani untuk lebih berhasil,” kata dia.
Berdasarkan kajian yang dilakukan Greenpeace, ia mengatakan bahwa proyek food estate di Gunung Mas, Kalimantan Tengah oleh Kementerian Pertahanan telah menyebabkan deforestasi dan bencana.
“Ratusan hektare hutan yang terdeforestasi di Gunung Mas itu sudah sangat berdampak pada masyarakat sekitar hutan di Gunung Mas,” ujar Iqbal.
Iqbal juga menyoroti soal pengelolaan proyek food estate singkong yang digarap oleh PT Agro Industri Nasional (Agrinas). Agrinas ini, disebut terafiliasi dengan yayasan dan perusahaan yang diisi oleh banyak politisi Gerindra, yakni partai yang didirikan oleh Prabowo.
3. CSIS
Klaim Gibran soal keberhasilan food estate di Gunung Mas juga menarik perhatian Peneliti Departemen Ekonomi CSIS Deni Friawan. Menanggapi klaim tersebut, menurutnya, food estate tidak berhasil karena lemah perencanaan. Program ini dilakukan secara serampangan, minim perencanaan, tanpa melihat apakah lahan yang akan diolah cocok dengan jenis tanaman yang bakal ditanam.
Pada 2020, Prabowo membabat sekitar 600 hektar hutan di sana untuk ditanami singkong. Namun ternyata tanah di sana tidak cocok untuk singkong sehingga tanaman tersebut susah tumbuh. Proyek tersebut gagal total. Hanya menyisakan kerusakan hutan dan banjir di desa sekitar food estate singkong tersebut. Belakangan, pemerintah mengganti tanaman singkong menjadi jagung.
Namun, penanaman jagung tersebut juga dipaksakan sebab ditanam di dalam planter bag, tidak langsung di tanah. Deni mengatakan, keputusan pemerintah untuk menanam jagung lewat platter bag merupakan siasat untuk mengatasi lahan yang tidak bisa ditanami. Dengan cara itu, lanjut Deni, jagung memang bisa tumbuh tapi biaya penanaman dan perawatan jadi sangat mahal.
“Ini istilahnya sawah palsu. Karena terlanjur terbuka lahannya daripada gagal, ya itu solusinya (menanam di planter bag) tapi costly (mahal),” ujarnya.
4. Staf Khusus Presiden Jokowi
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mengatakan program food estate yang dijalankan pemerintah perlu ada penyempurnaan. Ia mengatakan dalam implementasi program lumbung pangan tersebut, pemerintah harus mengevaluasi.
“(Nggak gagal) Iya dievaluasi terus karena tentu implementasinya ada beberapa hal yang sifatnya kompleks yang perlu dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan,” kata Ari saat ditemui di Gedung Sekretariat Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, pada Senin, 22 Januari 2024.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | AMELIA RAHIMA | YOHANES MAHARSO | ANANDA BINTANG I DEFARA DHANYA PARAMITHA