Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Rupiah Ditutup Melemah 50 Poin, Perdagangan Besok Diprediksi Fluktuatif

Pada perdagangan besok, pergerakan rupiah diprediksi akan fluktuatif dengan rentang Rp16.360 hingga Rp16.430.

16 Januari 2025 | 17.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa, 22 Oktober 2024. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah kembali melemah pada perdagangan sore ini. Rupiah ditutup pada level Rp16.376 per dolar AS, melemah 50 poin dari penutupan sebelumnya di Rp16.325. Sebelumnya, rupiah sempat tertekan hingga 70 poin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, memprediksi pergerakan rupiah akan fluktuatif dengan rentang Rp16.360 hingga Rp16.430 per dolar AS pada perdagangan Kamis, 17 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melemahnya rupiah, kata Ibrahim, dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, termasuk rilis data inflasi AS yang sedikit lebih rendah dari ekspektasi. “Data inflasi indeks harga konsumen (CPI) bulan Desember memicu ekspektasi bahwa Federal Reserve akan melonggarkan kebijakan suku bunganya pada tahun ini,” ujar Ibrahim dalam keterangan resmi, Kamis, 16 Januari 2025.

Bank sentral AS diperkirakan memangkas suku bunga dua kali pada 2025, setelah sebelumnya menurunkannya secara signifikan pada 2024.

Namun, kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih minggu depan, kata Ibrahim, menambah ketidakpastian. Beberapa kebijakan pro-pertumbuhan yang ia rencanakan diperkirakan akan meningkatkan tekanan harga, membuat Fed lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait suku bunga.

Sentimen eksternal juga dipengaruhi oleh sanksi baru yang diberlakukan AS terhadap produsen minyak dan tanker Rusia. Langkah ini membuat pasar energi global terguncang, dengan tarif pengiriman melonjak tajam dan pembeli utama Rusia mencari sumber minyak alternatif.

Sementara itu, fokus minggu ini tertuju pada data ekonomi utama Tiongkok, termasuk angka Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2024 yang akan dirilis Jumat mendatang. Ibrahim menjelaskan bahwa kinerja ekonomi Tiongkok pada penutupan tahun lalu akan memberikan sinyal penting bagi perekonomian global, termasuk Indonesia.

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di kisaran 4,7–5,5 persen, sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya di 4,8–5,6 persen. Hal ini mencermati dinamika ekonomi global dan domestik yang bergejolak.

Menurut Ibrahim, perlambatan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ekspor yang melemah akibat menurunnya permintaan dari mitra dagang utama, kecuali AS. Konsumsi rumah tangga, khususnya dari golongan menengah ke bawah, juga belum menunjukkan pemulihan yang kuat.

Di sisi lain, investasi swasta belum memberikan kontribusi signifikan. Kapasitas produksi saat ini dinilai masih cukup untuk memenuhi permintaan, baik domestik maupun ekspor, sehingga tidak ada dorongan kuat untuk memperluas investasi.

Meski demikian, Ibrahim tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang ekonomi Indonesia. Menurut dia, pertumbuhan di atas 5 persen masih menjadi pencapaian yang baik di tengah ketidakpastian global. Ia menambahkan, reformasi kebijakan ekonomi yang mendukung daya saing serta langkah untuk memperkuat konsumsi domestik akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi ke depan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus