Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta-Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih mengatakan agar Bank Indonesia tidak terburu-buru melakukan intervensi dalam melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika beberapa waktu belakangan. "Calm down," kata dia kepada Tempo, Kamis, 28 September 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Alasannya, dia melihat melemahnya nilai tukar rupiah ini hanya berlangsung sementara. "Mungkin hanya minggu ini saja," ujarnya. Kalaupun melakukan intervensi, Lana menyarankan agar tidak melakukan tindakan yang signifikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bank Indonesia, kata Lana, disarankan agar menunggu hingga situasi cukup tenang dan stabil, sebelum akhirnya melakukan intervensi secara masif dan membawa rupiah kembali ke level Rp 13.300.
Lagipula, dia menilai saat ini kondisi dalam negeri sudah cukup kondusif dengan adanya sejumlah kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia, misalnya kewajiban transaksi menggunakan Rupiah, dan kewajiban hedging bagi korporasi yang memiliki hutang luar negeri. "Itu sangat membantu mengurangi tekanan permintaan dolar di dalam negeri," kata dia.
Lana menduga melemahnya nilai tukar rupiah dalam dua hari ke belakang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. "Karena ada ekspektasi dolar Amerika itu menguat karena ekonomi Amerika itu juga membaik," ujarnya.
Penguatan Dolar Amerika, ujarnya, dipicu oleh rencana Presiden AS Donald Trump yang bakal memangkas pajak di rancangan anggarannya. Di saat yang sama, Gubernur The Fed juga memberikan sinyal untuk menaikan suku bunga sekali lagi. "Sehingga ada kombinasi kebijakan fiskal moneter di amerika yang ekspansi," kata dia.
Pada awalnya, Lana menduga pelemahan rupiah yang berlanjut hingga hari ini bisa jadi disebabkan oleh isu dalam negeri, misalnya terkait bocornya surat Menteri Keuangan Sri Mulyani, kemarin. Namun, dia yakin isu luar negeri lebih dominan daripada isu lokal.
Selanjutnya, dia melihat keputusan dari Kongres Amerika Serikat akan sangat menentukan terhadap kondisi nilai tukar mata uang. Hingga sekarang, lembaga legislatif negeri Abang Sam itu belum mengeluarkan keputusan terkait kebijakan pemangkasan pajak itu. "Kongres itu walaupun mayoritas Partai Republik dan Presiden Trump juga dari Partai Republik, tapi keduanya agak kurang harmonis," kata Lana.
Pada perdagangan Kamis, 28 September 2017, pukul 12.40 WIB, rupiah melemah 104 poin atau 0,71 persen ke level Rp 13.549 per dolar AS. Sebelumnya, Rupiah pernah menjejak level Rp 13.565 per dolar AS pada 1 Desember 2016. Adapun asumsi ekonomi makro nilai tukar Rupiah 2018 yang ditetapkan pemerintah adalah sebesar Rp 13.400.