Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 22 poin pada perdagangan Selasa sore ini ke level Rp16.428 per dolar AS, setelah sempat anjlok hingga 70 poin di level Rp16.470. Pelemahan ini, kata pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi, mencerminkan kombinasi tekanan internal akibat defisit fiskal yang membengkak dan faktor eksternal berupa ketegangan geopolitik serta kebijakan tarif dagang Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menyebut pelemahan rupiah hari ini sebagian besar dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap kondisi fiskal Indonesia. "Laporan APBN KiTa Februari 2025 menunjukkan indikasi pelemahan fiskal yang perlu segera diantisipasi. Defisit fiskal mencapai Rp31,2 triliun atau 0,13 persen dari PDB dalam dua bulan pertama tahun ini, sementara penerimaan pajak turun drastis 30,19 persen year-on-year," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa, 18 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika kondisi ini terus berlanjut tanpa langkah korektif, kata dia, bukan tidak mungkin defisit fiskal bisa melebar hingga melebihi batas aman di akhir tahun. Menurut Ibrahim, penurunan penerimaan pajak bukan hanya disebabkan oleh perlambatan ekonomi, tetapi juga kegagalan sistem Coretax dalam mengoptimalkan pemungutan pajak.
Selain itu, daya beli masyarakat yang melemah akibat inflasi pangan dan energi di atas 4 persen turut berkontribusi pada tekanan terhadap rupiah. "Jika konsumsi rumah tangga melemah, sektor ritel, UMKM, hingga manufaktur akan terdampak, yang pada akhirnya memperlambat pertumbuhan ekonomi," tambahnya.
Selain faktor domestik, ia mengatakan rupiah juga terbebani oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Israel melancarkan serangan terhadap target Hamas di Gaza setelah pembicaraan gencatan senjata gagal, menewaskan lebih dari 200 orang. Situasi ini berpotensi meningkatkan risiko global, mendorong investor untuk mencari aset safe haven seperti dolar AS.
Di sisi lain, kata dia, ancaman kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap Eropa, Tiongkok, Kanada, dan Meksiko semakin menekan pasar keuangan. Trump mengindikasikan tarif timbal balik dan sektoral dapat diberlakukan paling cepat pada 2 April, yang memicu kekhawatiran resesi di AS dan volatilitas di pasar global.
Ibrahim menyampaikan pasar kini menanti keputusan kebijakan moneter dari sejumlah bank sentral utama, termasuk The Fed, Bank of Japan, dan Bank of England, yang akan menjadi katalis pergerakan mata uang dalam beberapa hari ke depan. "The Fed diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga pada pertemuan pekan ini, namun investor mencermati apakah bank sentral AS akan melunakkan kebijakan moneternya di tengah ketidakpastian ekonomi global," ujar dia.
Untuk perdagangan besok, ia memproyeksikan rupiah akan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan menguat di rentang Rp 16.390 – Rp 16.430 per dolar AS.