Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Salim Group Dikabarkan Akuisisi PT Jasamarga Transjawa Tol, Ini Profil Perusahaannya

Salim Group dikabarkan mengakuisisi PT Jasamarga Transjawa Tol dari PT Jasa Marga (Persero) pada minggu ini. Ini profil usaha yang didirikan Lie

28 Juni 2024 | 10.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Logo Salim Group. Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Salim Group dikabarkan mengakuisisi PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) dari PT Jasa Marga (Persero) pada minggu ini. Akuisisi ini dilakukan oleh Metro Pacific Tollways Corporation (MPTC) dari Filipina, yang merupakan pengembang jalan tol terbesar di negara tersebut dan berafiliasi dengan Salim Group melalui First Pacific Company Ltd.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MPTC akan membeli 35 persen saham JTT, dan penandatanganan kesepakatan akuisisi tersebut dilakukan pada minggu ini. Manuel Pangilinan, CEO Metro Pacific Investments Corporation, perusahaan induk MPTC, telah mengkonfirmasi akuisisi ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"(penandatanganan) Kemungkinan akan dilakukan minggu ini di Jakarta (Indonesia). Dokumentasinya masih dalam tahap akhir. Beberapa perubahan masih berlangsung dan penutupan keuangan akan dilakukan tiga bulan setelah penandatanganan," kata Ketua dan Presiden MPIC Manuel V. Pangilinan akhir pekan lalu dikutip dari situs Daily Tribune.

Profil perusahaan Salim Group

Salim Group merupakan salah satu perusahaan konglomerat yang didirikan di Indonesia pada 4 Oktober 1972. Perusahaan ini didirikan oleh Liem Sioe Liong, yang lahir pada 16 Juli 1916 di Fuqing, provinsi Fujian, Cina. Liem dikabarkan memiliki hubungan dekat dengan Presiden Soeharto selama puluhan tahun.

Perusahaan ini memiliki beberapa anak perusahaan, termasuk Indofood, produsen mie instan terbesar dunia dan Bogasari, perusahaan operasi tepung terbesar. Dilansir dari forbes.com, perusahaan ini kini dikepalai oleh Anthoni Salim, yang merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara mendiang Liem Sioe Liong.

Perusahaan ini memiliki investasi di bidang makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi, dan energi. Salim juga merupakan CEO Indofood yang bernilai 6,4 miliar dolar, salah satu pembuat mie instan terbesar di dunia. Keluarga Salim memiliki saham di perusahaan investasi First Pacific yang tercatat di Bursa Efek Hong Kong, yang juga memiliki saham di Indofood dan perusahaan telekomunikasi PLDT di Filipina.

Pada awal 2017, Salim Group membeli saham mayoritas di Bank Ina Perdana, hampir 20 tahun setelah kehilangan kendali atas Bank Central Asia (BCA)  selama krisis keuangan. Anthoni Salim masih memiliki saham lebih dari 1 persen di BCA yang dikuasai Hartono. Keluarga tersebut juga membayar lebih dari 200 juta dolar untuk sebuah tambang batu bara di Australia dan membeli perusahaan di balik perusahaan e-commerce Elevenia.

Grup ini bermitra dengan Lotte Group asal Korea Selatan untuk meluncurkan e-commerce iLotte. Selain itu, putra Anthoni, Axton, juga bekerja sama dengan NUS Singapura untuk meluncurkan inkubator Block71 di Jakarta.

Dilansir dari buku “The Rhythm of Strategy: A Corporate Biography of the Salim Group of Indonesia”, sebelum Krisis Asia 1997, Salim Group adalah kelompok bisnis terbesar di Indonesia. Karena terdiri dari berbagai entitas terpisah, beberapa di antaranya terdaftar di bursa saham dan yang lainnya dimiliki secara pribadi, memperkirakan ukuran sebenarnya dari grup ini tidaklah mudah.

Pendapatan besar Salim Group juga menjadi sumber kekayaan pribadi bagi keluarga Salim dan mitra mereka, yang merupakan pemegang saham utama. Pada tahun 1994, Liem Sioe Liong adalah pembayar pajak terbesar di Indonesia, dan para eksekutif Salim dilaporkan termasuk dalam lima besar pembayar pajak. Selama bertahun-tahun menjadi pembayar pajak terbesar di Indonesia, Liem juga secara konsisten muncul dalam daftar orang terkaya di dunia yang diterbitkan oleh Forbes.

Dilansir dari indonesianpalmoilnews.com, Salim Group juga memiliki perkebunan kelapa sawit sebesar sekitar 1.000 kilometer persegi dan konsesi penebangan. Salim Ivomas Pratama, yang bernaung di bawah Salim Group, didirikan pada 1992 dengan modal awal Rp20.000.000.000. pendiri dan pemegang sahamnya adalah Anthoni Salim, Andree Halim dan Duchro Sayadi.

Pada 1996, perusahaan ini meningkatkan modal awalnya menjadi Rp300.000.000.000, dengan modal ditempatkan dan disetor sebesar Rp75.000.000.000. Pada 2006, perusahaan ini semakin kuat melalui merger dengan lima perusahaan, yaitu PT Pratiwimba Utama, PT Gentala Artamas, PT Intiboga Sejahtera, PT Bitung Menado Oil Industry, dan PT Sawitra Oil Grains. Saat itu, saham perusahaan ini dikendalikan oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Birina Multidaya, PT Bina Makna Indopratama, dan PT Metro Lintas Nusa.

Meskipun keluarga Salim telah mengimplementasikan strategi internasionalisasi selama beberapa dekade, ketergantungan dasar mereka pada Indonesia tetap tidak berubah. Sebelum krisis Asia, setelah dua puluh tahun melakukan internasionalisasi, sekitar 35% penjualan mereka berasal dari operasi internasional. Hal ini menunjukkan bahwa Salim Group adalah bagian integral dari perekonomian Indonesia, di mana mereka memegang peran utama.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus