Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Satu lagu dua harga

Panjangnya mata rantai biaya produksi kaset, sehingga banyak produser memakai kaset yang bermutu rendah. dd record meluncurkan produk baru dalam pita yang lebih mahal. (eb)

5 Mei 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMA-sama lagu Apanya Dong dari suara Euis Darliah, kedua kaset itu segera kentara berbeda mutu. Yang satu hasil bajakan dan dijual dengan harga Rp 1.000 per kaset. Lainnya direkam dengan cara dan pita yang lebih piawai, dengan harga Rp 500 lebih mahal. "Ini cara baru dalam bisnis kaset belakangan ini," ujar Dodo Wirawan dari DD Record. Persaingan merebut telinga pendengar memang masih berlangsung seru. aktor susunan lagu, ketenaran sang biduan, dan gambar sampul tetap ikut menentukan laris tidaknya sebuah produk kaset di pasaran. Tapi kini ada faktor tambahan. Seperti dikatakan Dodo, "Konsumen mulai memperhatikan mutu." Artinya, biaya produksi semakin mahal. Sampai sekarang, biaya itu biasanya berkisar di sekitar honorarium penyanyi dan pencipta lagu, sewa band atau orkes pengiring, dan sewa studio yang berkisar antara Rp 100.000 dan Rp 200.000 per jam. Yang terakhir ini untuk studio dengan 24 jalur. Desain dan cetak sampul menghabiskan Rp 15-Rp 50 per lembar. Ongkos reproduksi dari master rekaman antara Rp 50 dan Rp 100 per kaset. Kemudian ditambah biaya promosi dan pemasaran, yang kadang langsung dipegang produser. Yang terakhir, biaya cukai kaset. Panjangnya mata rantai biaya produksi ini membuat produser berusaha menekan ongkos di setiap sektor. Satu di antaranya, menurut Dodo, dengan memakai kaset yang bermutu rendah. Misalnya, memakai kaset kosong yang berharga sekitar Rp 400 per buah. Penggunaan kaset tidak bermutu ini, ternyata, membawa akibat lain. Para pembeli, terutama di kota besar, segan mengeluarkan uangnya untuk rekaman yang kurang seronok. Mereka juga takut tape recordernya rusak. Inilah antara lain, alasan DD Record meluncurkan produk-produk barunya dalam pita lebih mahal misalnya pita BASF tipe EIC I. Untuk perusahaan yang khusus merekam lagu Barat seperti Perina dan Atlantic Record, penjualan dengan dua macam karga ini rupanya tak memusingkan benar. Ongkos produksi kaset rekaman lagu Barat tidak sebesar rekaman artis lokal. Mereka tidak mengeluarkan uang untuk penyanyi atau pencipta lagu. "Apalagi kita tidak terikat pada Konvensi Jenewa tentang hak cipta," ujar sebuah sumber di AR. Berbeda dengan kaset artis lokal, yang titik impas penjualannya berkisar antara 75.000 dan 100.000 kaset per edisi, kaset lagu Barat hanya menjangkau 4.000 sampai 6.000 kaset per edisi. Itu pun mereka harus terus memonitor urutan lagu Barat yang sedang digemari, misalnya melalui majalah Bill board. Padahal, kaset artis lokal, seperti yang konon terjadi pada rekaman Euis Darliah, bisa meledak sampai 600.G00 kaset. Menjatuhkan harga yang lebih tinggi untuk kaset lagu Barat memang agak beralasan. "Sebagian besar konsumen kami golongan menengah ke atas. Mereka cerewet perkara mutu," ujar sumber di AR tadi. Karena itu, agaknya, perusahaan rekaman seperti Sota Record berani mengambil langkah lebih jumawa: memasarkan rekaman di atas pita logam, dengan harga jual sekitar Rp 10.000 per kaset. Pita jenis ini sepenuhnya diimpor. Mutunya jauh lebih bagus. Bahkan, dalam jumlah terbatas, pita ini juga sudah digunakan merekam suara artis lokal, Hetty Koes Endang umpamanya. Hanya saja, pita jenis ini juga harus diputar pada tape recorder dan amplifier yang lebih mahal pula. Tapi, sementara itu, menurut Dodo Wirawan, "Pada masyarakat kita ada anggapan bahwa barang yang lebih mahal pasti lebih bermutu." Jurus baru perusahaan rekaman ini tentu membawa pengaruh pada perusahaan produsen kaset kosong. Paling tidak, sistem penjualan dua harga ini membantu menghabiskan produk mereka. Persaingan paling keras, agaknya, berlangsung antara BASF, yang mengandalkan teknologi Jerman Barat, dan Master yang mengunggulkan teknoloi Jepan. Master, misalnya, tidak mengalami kesulitan memasarkan produknya yang bisa mencapai empat sampai lima juta kaset per bulan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus