Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Sederet Curhatan Jokowi Menjelang Hari Kemerdekaan RI Ke-78 di Sidang Tahunan MPR

Curhatan Jokowi di Sidang Tahunan MPR, mulai dari dipanggil "Pak Lurah", disebut Firaun, dijadikan tameng politik, hingga singgung jalan tol tidak bisa dimakan.

16 Agustus 2023 | 20.32 WIB

Presiden Joko Widodo alias Jokowi menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR - DPD Tahun 2023 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 16 Agustus 2023 REUTERS/Willy Kurniawan/Pool
Perbesar
Presiden Joko Widodo alias Jokowi menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR - DPD Tahun 2023 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 16 Agustus 2023 REUTERS/Willy Kurniawan/Pool

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo alias Jokowi hadir dan menyampaikan pidato dalam Sidang Tahunan MPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 16 Agustus 2023. Tak hanya membahas capaian dan harapan terhadap negara maupun bangsa, orang nomor satu di Indonesia itu juga sempat berkeluh kesah. Apa saja curhatan Jokowi jelang hari kemerdekaan 17 Agustus tersebut?

Daftar Curhatan Jokowi di Sidang Tahunan MPR

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

1.  Dipanggil “Pak Lurah”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Di awal orasinya, mantan Wali Kota Solo itu sempat merasa heran karena beberapa orang memanggilnya dengan sebutan ‘Pak Lurah’. Kemudian, dia menegaskan bahwa jabatannya sekarang adalah presiden. 

“Saat ini, kita sudah memasuki tahun politik. Suasananya sudah hangat-hangat kuku dan tren di kalangan politisi maupun parpol (partai politik). Setiap ditanya soal siapa capres dan cawapresnya. Jawabannya, belum ada arahan Pak Lurah. Saya sempat mikir, siapa Pak Lurah ini? Sedikit-sedikit Pak Lurah. Belakangan saya tahu, Pak Lurah itu ternyata saya sendiri. Ya saya jawab saja, saya bukan lurah. Saya Presiden Republik Indonesia,” ucapnya. 

2.    Dijadikan “Paten-Patenan”


Jokowi menyadari, jabatannya sebagai presiden rentan akan ancaman saling menjatuhkan. Bahkan ia menyebut bahwa posisinya sebagai pimpinan tertinggi di RI dijadikan alibi untuk paten-patenan (bahasa Jawa: saling membunuh). 

“Jadi, saya mau bilang kalau itu bukan wewenang saya (menentukan capres dan cawapres), bukan wewenang Pak Lurah. Walaupun saya paham, apabila nasib Presiden untuk dijadikan paten-patenan, dijadikan alibi, dijadikan tameng,” katanya. 

Selanjutnya: 3. Fotonya dipajang bersama...

3.    Fotonya Dipajang Bersama Capres


Jokowi juga menyampaikan bahwa fotonya kerap kali dipasang di berbagai tempat. Bahkan, tak jarang dia menemui foto dirinya yang bersebelahan dengan calon presiden (capres) dalam pemilihan presiden atau Pilpres 2024 mendatang. 

“Walaupun kampanye belum mulai, foto saya banyak dipajang dimana-mana. Saya ke Provinsi A, eh ada, ke Kota B juga ada, ke Kabupaten C ada. Sampai di tikungan-tikungan desa juga. Tapi, bukan foto saya sendiri. Ada yang di sebelahnya bareng capres. Ya tidak apa-apa, boleh-boleh saja,” ujar dia.

4.    Jadi Presiden Tak Senyaman yang Dibayangkan


Dalam kesempatan yang sama, dia menyatakan bahwa menjadi presiden tak seindah yang dibayangkan. Jokowi mengaku harus menanggung tanggung jawab besar. 

“Posisi presiden itu, tidak senyaman yang dipersepsikan. Ada tanggung jawab besar. Banyak permasalahan rakyat yang harus diselesaikan. Dengan adanya media sosial, apa pun bisa sampai ke presiden,” tuturnya. 

5.    Di Sebut Firaun dan Plonga-plongo


Dalam mengemban tugasnya, Jokowi menjelaskan bahwa ada saja segelintir orang yang mengejek atau menghina. Namun, dia mengaku berbesar hati dengan hinaan yang didapatkan. 

“Mulai dari masalah rakyat di pinggiran sampai ejekan, kemarahan, bahkan makian dan fitnahan dengan mudah disampaikan. Saya tahu, ada yang mengatakan saya bodoh, plonga-plongo, tidak tahu apa-apa, Firaun, juga tolol. Ya tidak apa-apa, secara pribadi saya menerima saja,” katanya. 

6.    Jalan Tol Tidak Bisa Dimakan


Jokowi menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam negara middle power di Asia menurut Lowy Institute. Menurut dia, hal itu bisa diraih karena Indonesia memiliki kekuatan diplomatik yang baik dan kepercayaan internasional. Sayangnya, kata dia, beberapa masyarakat menganggapnya tidak penting dan mengaitkannya dengan jalan tol yang tidak bisa dimakan. 

“Tapi ada yang tanya, memang kenapa dengan international trust yang tinggi? Rakyat kan makannya nasi, international trust kan tidak bisa dimakan. Ya memang tidak bisa. Sama seperti jalan tol tidak bisa dimakan. Nah ini, contoh menghabiskan energi untuk hal tidak produktif. Tapi tidak apa-apa, saya malah senang. Memang harus ada yang begini, supaya lebih berwarna, dan supaya tidak monoton,” ucap Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR, Rabu, 16 Agustus 2023. 

 

MELYNDA DWI PUSPITA 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus