Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Sejarah Unilever yang Diterpa Isu Boikot Imbas Diduga Terafiliasi dengan Israel

Nama Unilever ramai diperbincangkan belakangan karena diterpa isu boikot. Bagaimana sejarah perusahaan global ini sebenarnya?

13 November 2023 | 14.09 WIB

Logo Unilever. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
material-symbols:fullscreenPerbesar
Logo Unilever. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Nama Unilever ramai diperbincangkan khalayak belakangan ini usai diterpa isu boikot usah perusahaan tersebut diduga terafiliasi dengan Israel. Apalagi baru-baru ini Komisi Fatwa MUI merekomendasikan agar umat Islam menghindari transaksi produk yang terafiliasi dengan Israel atau mendukung agresi Israel di Palestina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Hal tersebut tertuang dalam fatwa Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina. “Umat Islam diimbau untuk semaksimal mungkin menghindari transaksi dan penggunaan produk yang terafilitasi dengan Israel serta yang mendukung penjajahan dan zionisme,” kata Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh, dikutip lewat keterangan resmi pada Sabtu, 11 November 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia rutin mengimpor produk-produk Israel setiap bulannya. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor Agustus 2023, nilai impor produk Israel oleh Indonesia sepanjang Januari-Agustus 2023 telah mencapai US$ 146,2 juta.

Produk-produk tersebut meliputi peralatan mesin, kelistrikan, hingga bahan kimia yang memiliki nilai impor besar. Adapun beberapa produk buatan negara lain yang diduga mendukung dan terafiliasi dengan Israel di antaranya adalah McDonalds, Starbucks, Nestle, Coca Cola, hingga Unilever.

Unilever memiliki cabang perusahaan di Indonesia yang terkenal dengan berbagai produk manufakturnya, seperti penjualan sabun, makanan, dan produk konsumsi rumah tangga lainnya. Dengan adanya fatwa MUI ini, masyarakat Indonesia pun secara tidak langsung melakukan boikot dengan tidak menggunakan atau membeli produk-produk Unilever.

Lantas, bagaimana sejarah Unilever sebenarnya? Simak informasinya berikut ini. 

Sejarah Unilever

Unilever adalah salah satu perusahaan kembar yang terdiri dari Unilever PLC, berbasis di London, dan Unilever NV, yang berbasis di Rotterdam. Melansir dari Britannica, perusahaan ini adalah induk dari 500 perusahaan di dunia yang bergerak dalam bidang manufaktur dan penjualan berbagai produk sabun, makanan, dan produk konsumsi rumah tangga lain.

Dewan direksi dari Unilever PLC dan Unilever NV memiliki keanggotaan yang sama dan kesepakatan bersama menyamakan dividen atas modal biasa. Jadi, meskipun penampilan perusahaannya berbeda, Unilever PLC dan Unilever NV adalah satu kesatuan.

Unilever yang ada saat ini adalah keturunan dari tiga perusahaan yang berdiri pada abad ke-19. Kala itu, di Belanda ada keluarga Gebroeders Jurgens yang telah berbisnis susu selama 50 tahun. Suatu hari pada 1854, dua bersaudara bernama Anton dan Johannes menjalin kerjasama dengan Gebroeders Jurgens di Oss, Belanda.

Selanjutnya: Mereka pun mulai berkonsentrasi pada ...

Mereka pun mulai berkonsentrasi pada ekspor mentega ke Inggris. Namun, permintaan yang tinggi membuat perusahaan tersebut memproduksi margarin yang baru ditemukan pada 1871. Di sisi lain, keluarga Van den Berghs di Oss juga menetapkan diri sebagai pedagang mentega dan margarin.

Pada dekade berikutnya, Viscount Leverhulme (awalnya William Hesketh Lever) mendirikan Lever Brothers bersama saudaranya, James Darcy Lever di Inggris pada 1885. Perusahaan itu dibentuk untuk membuat dan menjual sabun. Mereka juga orang pertama yang memasarkan produk sabun batangan dengan iklan yang energik.

Ketiga bisnis dari Jurgens, Van den Berghs, dan Lever Brothers pun berkembang pesat dan melakukan berbagai ekspansi bisnis ke benua Eropa. Pada 1927, kedua perusahaan Belanda itu pun bergabung menjadi satu dan membentuk perusahaan Margarine Unie NV di Belanda dan Margarine Union Limited di Inggris.

Pada akhir 1929, Lever Brothers pun bergabung dengan dua perusahaan tersebut dan grup itu berganti nama menjadi Unilever. Beberapa dekade setelah Perang Dunia II, Unilever mulai memproduksi deterjen dan produk sintetis lain. Unilever juga menjadi produsen utama parfum dan kosmetik dengan pembelian Calvin Klein Inc, Feberge Inc, dan Elizabeth Arden pada 1989.

Pada 1997, perusahaan tersebut menjual bahan kimia khusus bisnis untuk berkonsentrasi pada lini konsumen dan rumah tangga. Kini, sebagian besar penjualan Unilever berasal dari produk rumah tangga, seperti sabun dan deterjen, margarin, lemak masak, saud salad, es krim, perlengkapan mandi, makanan kemasan dan olahan, serta minuman.

Melansir dari laman resmi Unilever Indonesia, Unilever masuk ke Indonesia pertama kali pada 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. Pada 22 Juli 1980, perusahaan pun berganti nama menjadi PT Unilever Indonesia. Dua tahun berselang, pada 1982 perusahaan go public untuk pertama kali dengan kode saham UNVR.

Sejak saat itu, PT Unilever Indonesia Tbk. pun menjalin berbagai kerjasama dengan perusahaan lokal dan menghadirkan beragam produk konsumsi rumah tangga. Beberapa produk Unilever Indonesia yang populer adalah Pepsodent, Sunsilk, Royco, Kecap Bango, dan lain sebagainya.

 

RADEN PUTRI | RIANI SANUSI PUTRI 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus