Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif PT Nielsen Indonesia Hellen Katherina mengatakan tren belanja iklan sepanjang 2017 menunjukkan pertumbuhan positif. Ia menuturkan Meikarta menjadi merek dengan belanja iklan tertinggi sepanjang 2017 dengan total belanja iklan lebih dari Rp 1,5 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Untuk sektor properti, belanja iklan dari Meikarta ini memang belum pernah kami lihat sebelumnya,” katanya di kantor Nielsen Indonesia, Jakarta, Kamis, 1 Februari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Peringkat selanjutnya, kata Hellen, disusul Traveloka dengan total belanja iklan mencapai Rp 1,2 triliun dan meningkat 65 persen dari tahun sebelumnya. “Pelaku bisnis digital, khususnya e-commerce, masih terus terjadi, terlihat dari terus meningkatnya aktivitas iklan dari pemain industri e-commerce di media konvensional, seperti TV,” ucapnya.
Pengiklan terbesar ketiga adalah Indomie dengan total belanja iklan Rp 981,5 miliar dengan peningkatan 25 persen. Di urutan keempat, Hellen melanjutkan, ada Vivo Smartphone dengan total belanja iklan mencapai Rp 823,5 miliar.
Samsung Smartphone juga masuk jajaran pengiklan tertinggi dan bersaing dengan Vivo, dengan total belanja iklan Rp 640 miliar. Angka tersebut meningkat 28 persen dari 2016.
Hellen menjelaskan, dari jajaran institusi pemerintahan, Kementerian Kesehatan juga masuk dalam daftar pengiklan terbesar pada 2017 di urutan ke tujuh dengan total belanja iklan Rp 702 miliar.
Sebelumnya, Nielsen Indonesia menyatakan total belanja iklan sepanjang 2017 meningkat 8 persen dari tahun sebelumnya mencapai Rp 145 triliun. Pertumbuhan tersebut didorong kenaikan harga gross rate iklan dari masing-masing media.
Porsi belanja iklan sepanjang 2017 ini masih didominasi media TV 80 persen dari total iklan yang tumbuh 12 persen dari tahun lalu. Berbeda dengan TV, porsi belanja iklan di media cetak menunjukkan tren yang menurun. Hal tersebut senada dengan berkurangnya media cetak yang beroperasi.