EKONOMI Amerika Serikat masih menunjukkan tandatanda adanya
pertumbuhan, sesudah selama dua tahun dibanting resesi yang
pahng parah dalam searah. Kebangkitan kembali ekonomi Amerika
selalu diamati dengan saksama karena AS-lah yang akan menentukan
apakah ekonomi negara lain akan bisa ditarik, setelah terbenam
sekian lama.
Syukur, data-data yang terus keluar dari layar komputer mereka
menunjukkan bahwa ekonomi AS, yang mulai bangun kembali pada
kuartal kedua tahun ini, masih terus melaju dengan cukup cepat,
sekurang-kurangnya sampai November lalu. Tingkat pertumbuhan
tahunan pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini masing-masing
mencatat 9% dan 7%.
Chase Econometrics Associates kepunyaan Chase Manhattan Bank
memperkirakan, pertumbuhan perekonomian AS dalam kuartal keempat
tahun ini akan naik dari 4,6% menjadi 6,3%. Sebabnya? Tingkat
pengangguran pada Oktober lalu turun dengan 0,5%, menjadi 8,5% -
angka pengangguran terendah selama dua tahun ini."Itu bukti
bahwa ekonomi AS masih tetap kuat," kata Bernard Markstein III,
ekonomi senior Dada Chase Econometrics.
Produksi barang-barang industri masih terus naik dengan
rata-rata sekitar 1% setiap bulan. Ini menandakan bahwa daya
beli dan kepercayaan para konsumen untuk membelanjakan sebagian
dari pendapatannya sudah puhh.
Industri mobil dan perumahan tampaknya merupakan dua sektor
utama yang berperan besar dalam mengankat kembali ekonomi AS.
Penjualan mobil kian meningkat tiap bulan, dan Oktober lalu
seluruh mobil yang terjual naik 5,3%. Dalam kuartal ketiga, laba
General Motor, Ford, dan Chrysler mencapai US$ 1,2 milyar. Dalam
periode yang sama tahun lalu, si tiga besar dari Detroit ini
mengalami defisit US$ 187 juta.
Peningkatan industri mobil di AS ikut mendorong peningkatan
industri lain, terutama yang menghasilkan barang yang diperlukan
untuk mobil. Begitu pula pabrik mobil yang tersebar di seluruh
AS, yang tadinya ditutup karena resesi dan rugi, kini makin
banyak yang dibuka kembali. Buruh yang tadinya dikeluarkan atau
dirumahkan sudah mulai dipekerjakan kembali. Industri mobil
merupakan salah satu dari industri yang tak bisa memenuhi
permmtaan konsumen yang terus meningkat, hingga banyak calon
pembeli harus antre atau turut inden.
Lalu bulan silam, jumlah rumah yang dibangun naik 8,2%. Kenaikan
jumlah rumah yang dibangun di AS rupanya merupakan rezeki buat
Indonesia. Ekspor kayu lapis Indonesia ke AS dalam semester
pertama 1983 naik lebih dari lima kali lipat, menjadi US$ 77
juta, dari semester pertama 1982. AS sekarang membeli sepertiga
ekspor kayu lapis Indonesia dan merupakan pembeli terbesar kayu
lapis Indonesia.
Peranan ekonomi AS untuk ekspor Indonesia makin terasa ketika,
selama enam bulan pertama tahun ini, ekspor hampir semua
komoditi utama ke AS melonjak. Ekspor karet alam ke AS naik dari
US$ 120 juta menjadi US$ 145 juta, atau 40% dari seluruh ekspor
karet alam Indonesia. Ekspor kopi ke AS juga naik dari US$ 47
juta menjadi US$ 56 juta. Dan, ketika Jepang mengurangi impor
minyaknya dari Indonesia dengan 16%, AS justru menambah impor
minyaknya dengan 33%, menjadi 5,6 juta ton, antara semester
kedua 1982 dan semester pertama 1983. Bagian minyak yang dibeli
AS naik dari 15% tahun lalu menjadi 21% tahun ini.
Yang paling menarik adalah ekspor komoditi baru ke AS, seperti
barang-baran elektronik dan tekstil. Menurut laporan bagian
ekonomi kedutaan besar AS di Jakarta, pada 1982, yang merupakan
tahun sulit, ekspor tekstil Indonesia ke AS naik 66%. dan ekspor
barang elektronik naik 51%.
Sayangnya, kebangkitan si Jumbo AS itu tak bisa menolong banyak
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tahun ini diperkirakan paling
banyak akan mencapai sekitar 2%, dihitung dari harga konstan
tahun 1973. Sedangkan tetangganya, Singapura, yang tadinya
memperkirakan ekonommya akan tumbuh dengan 5%, nyatanya, bisa
mencapal 7% karena barang-baranto industrinya memang banyak yang
mengalir ke Amerika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini