MENYESUAIKAN diri dengan beleid pemerintah yang mengizinkan swasta mengelola kawasan indutri, maka PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) segera memanfaatkan peluang. Berpatungan dengan Sumitomo Jepang, SIER akan membangun sebuah kawasan industri di Pasuruan, Jawa Timur. Sementara itu, awal tahun depan, SIER akan terjun ke pasar modal, seraya menawarkan 50% saham. Hanya, sampai kini, belum jelas benar berapa jumlah dana yang akan dikeduk dari masyarakat. "Semuanya masih dalam persiapan," kata Bambang Pikukuh, Direktur SIER. Yang pasti, untuk mengembangkan kawasan industri di Kecamatan Berbek, Sidoarjo (72 ha), dan Pasuruan (754 ha), SIER membutuhkan dana sekitar Rp 100 milyar. "Itu sudah termasuk mahal," kata Bambang. Yang akan dibangun di kedua kawasan ini adalah gedung-gedung pabrik berstandar internasional, seperti di Singapura. Kalau itu sudah rampung, investor yang berminat menanamkan modalnya tinggal membawa peralatan pabriknya, dan langsung beroperasi. "Bangunannya memang kami desain sebagai pabrik siap pakai," ujarnya. Lantas, kenapa untuk membiayai seluruh pembangunan SIER tidak sekalian saja berpatungan dengan asing? "Wah, patungan dengan asing itu tidak gampang ngaturnya," kata Bambang. Dan biarpun pasar modal agak lesu, ia optimistis saham SIER akan jadi rebutan. "Betul, kami ini perusahaan kecil, tapi tidak pernah rugi, lho," ujarnya. Didirikan pada 1974, SIER yang asetnya hanya Rp 22,5 milyar pada 1987 berhasil melaba Rp 1,5 milyar. Pada 1988 untungnya naik dua kali lipat, menjadi Rp 3,2 milyar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini