PELABUHAN Tanjungperak -- kedua terbesar setelah Tanjungpriok -- kini sedang membangun sebuah lapangan kontainer seluas 24 ha. Lapangan ini dilengkapi berbagai fasilitas canggih, seperti crane raksasa dan jalur kereta api. Dengan demikian, "Barang yang datang bisa langsung diangkut ke stasiun kereta api," kata Tarjono, Kahumas Perumpel III. Memang, 11% peningkatan volume barang yang keluar-masuk Tanjungperak kerap membuat jalan-jalan di sekitar pelabuhan ini macet gara-gara truk pengangkut kontainer. Nanti, kemacetan itu tak akan terjadi. Lapangan kontainer yang baru akan mampu menampung 300 ribu kontainer berukuran 20 feet dalam setahun. Berarti tiga kali lipat lebih besar dari kapasitas lapangan yang ada sekarang (100 kontainer). Dan pelayanan dari Perumpel juga akan dipercepat. Dengan crane yang baru, setiap kontainer bisa diangkat dalam 3 menit. Padahal, kalau memakai crane lama, makan waktu 5 menit. Lapangan yang lebih dikenal dengan nama International Container Terminal (ICT) ini, kata Tarjono, menghabiskan dana sekitar 158 juta dolar. Sebagian besar dana itu (108 juta dolar) berupa pinjaman dari Asian Development Bank dan Saudi Fund. Sisanya, 50 juta dolar, diambil dari APBN. Pembangunannya dilakukan keroyokan. Ada tujuh perusahaan asing yang menjadi kontraktor dan konsultan -- termasuk Mitsui, Mitsubishi, dan Toa Harbour Work Japan. Dari dalam negeri muncul nama-nama seperti Mega Eltra, PT Dharma Subur Sakti, PT Barata Indonesia, serta dua perusahaan lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini