Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director International Finance Corporation (IFC) Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. IFC menyatakan akan melebarkan operasinya di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sri Mulyani pun menyambut baik inisiatif IFC tersebut. Terlebih dengan komitmennya untuk terus menjaga kesejahteraan mereka yang rentan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Semoga kerja sama ini dapat terus memberikan jawaban terhadap tantangan perkembangan zaman," tutur Sri Mulyani seperti dikutip dari unggahannya di akun Instagram @smindrawati, Ahad, 21 April 2024.
Pertemuan dengan Diop berlangsung di sela-sela agenda Sri Mulyani selama di Washington DC kemarin. Ia mengatakan pertemuan ini yang kesekian kalinya dengan Diop.
Sri Mulyani menyebut IFC sebagai salah satu perpanjangan tangan Bank Dunia. IFC berperan membantu melawan kemiskinan ekstrem di negara-negara berkembang melalui kerja sama dengan sektor swasta.
Keduanya lalu berbincang beragam topik, mulai dari lansekap terkini perekonomian global dan domestik hingga kerja sama yang sudah terjalin dan akan terjadi antara pemerintah Indonesia dengan IFC. Sejauh ini, investasi IFC di Indonesia sudah mencapai US$ 9.6 miliar.
Mantan Direktur Eksekutif Bank Dunia itu menuturkan tantangan perekonomian global terus berubah, diwarnai beragam ketidakpastian. Ditambah pada 2024 ini merupakan tahun pemilihan umum, di mana lebih dari 70 negara melaksanakan pesta demokrasinya.
Menurut Sri Mulyani, hal ini pasti membawa perubahan-perubahan kebijakan luar negeri di seluruh penjuru dunia.
Untuk kondisi domestik, Sri Mulyani dan Diop sepakat bahwa kondisi fiskal Indonesia masih begitu kuat. Ia berujar penerimaan negara terus berkembang dan pengeluaran yang dijaga secara prudent. Terlebih dengan surplus neraca perdagangan selama 46 bulan berturut-turut, kata dia, menentang kondisi perlambatan ekonomi global.