Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut kinerja industri di Indonesia masih menghadapi beberapa permasalahan. Permasalahan ini tidak bisa dikesampingkan begitu saja dan perlu perubahan agar kinerja industri di Tanah Air bisa semakin membaik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kita tidak men-deny bahwa dalam realita ada masalah dari beberapa industri ini, ini perlu ditangani," ucap Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Jakarta, Rabu, 13 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Buruknya kinerja industri bisa dilihat dari level Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia yang saat ini berada di level kontraksi. Saat ini skor PMI yang dimiliki oleh Indonesia berada di angka 49,2.
Angka ini lebih kecil dari skor PMI rata-rata global yang berada di angka 49,4 yang juga berada di level kontraksi. “Indonesia juga termasuk masih dalam posisi yang kontraktif,” kata Sri Mulyani.
Namun, Sri Mulyani menilai, data-data ini tidak bisa dilihat secara mentah. Sebab, permasalahan yang terjadi di sektor industri tidak mencerminkan keseluruhan kondisi perekonomian secara makro.
Bendahara Negara ini menyatakan masih perlu ada pendalaman lebih lanjut agar tidak terjadi salah tafsir. "(Data) ini tidak selamanya juga mencerminkan keseluruhan episode-episode tertentu dari perekonomian kita yang perlu diperhatikan agar kita tidak missleading dengan angka besar makronya."
Sri Mulyani memaparkan sektor industri di Tanah Air, khususnya di padat karya justru menunjukkan tumbuh positif di kuartal III tahun ini. Industri seperti furnitur, alas kaki, hingga tekstil dan produk tekstil (TPT) tumbuh positif di kuartal III 2024.
Industri logam, kata Sri Mulyani, juga tumbuh sekitar 12,4 persen pada kuartal II 2024. Selain itu, industri logam serta industri makanan dan minuman juga juga tercatat tumbuh masing-masing 7,3 persen dan 5,8 persen secara year on year (yoy).
“Untuk industri-industri yang tadi berhubungan dengan hilirisasi pertumbuhannya masih sangat tinggi,” kata Sri Mulyani.