NUIM Khaiyath, penyiar Radio Australia (RA), suka berteriak
dalam acara Pagi Gembira. Itu gayanya. Tapi bila cuaca buruk,
teriakannya terdengar timbul tenggelam. Mungkin suaranya akan
selalu jelas, kalau pemancar utama RA di kota Darwin Utara
selesai diperbaiki tahun depan.
Pemancar utama RA di Darwin itu pernah runtuh dilanda angin
topan pada 1974. Dengan daya pancar 250 kilowatt siarannya,
sebelum bencana itu, tertangkap dengan jernih di seluruh kawasan
Asia -- juga di Indonesia.
Suatu survei tahun 1975 oleh British Broadcasting Corporation
(BBC) menunjukkan bahwa RA merupakan stasiun internasional
paling populer di Indonesia. Jumlah pendengarnya di 16 kola
utama Jawa dan Sumatera saat itu diperkirakan 1,5 juta. Jumlah
pendengar RA di India, menurut survei voice of America (VOA),
sekitar 2 juta. Selain menyelenggarakan siaran bahaa Indonesia
(9 jam) RA juga mengudara dalam bahasa Inggris, Prancis, Cina,
Thai, Vietnam, Jepang dan Neo-Melanisia.
Sejak pemancar utamanya lumpuh. RA sebagai media siaran luar
negeri Australian Broadcasting Commission (ABC), hanya
mengandalkan kekuatan pemancar di kota Shepparton (100 kilowatt)
dan Carnarvon (100 kilowatt) untuk mengudarakan siaran bahasa
Indonesia. Daya pancarnya terbatas. Hanya pada pukul 06.30 -
07.30 waktu setempat, siaran RA jernih ditangkap di Indonesia.
RA harus bersaingan di udara dengan sejumlah stasiun luar negeri
yang berdaya pancar rata-rata di atas 500 kilowatt. Untuk
menjangkau pendengarnya di Asia, radio Moskow dan Beijing,
misalnya, masing-masing menggunakan 60 dan 30 pemancar --
sementara RA punya 3 pemancar saja di negara-bagian Victoria.
Tentu saja siaran radio Moskow dan Beijing lebih jernih
terdengar.
Sudah lama pula 26 karyawan RA seksi Indonesia di Melbourne
prihatin memikirkan sejumlah kelemahan tadi. Semuanya
berkebangsaan Indonesia kecuali Allan Morris dan Joseph P.
Coman. Suasana di seksi itu mirip keadaan suatu kantor di
Indonesia -- dengan bau rokok kretek, lukisan batik di dinding
dan gambar Garuda di pintu masuk.
Pendengar RA di Indonesia kini ditaksir 3 juta. Jumlah pendengar
itu diduga akan bertambah bila pemancar utama di Darwin sudah
pulih. Untuk perbaikan itu pemerintah Australia menyediakan
Austr. $ 10 juta (Rp 7,3 milyar). Dengan pemancar itu kelak, RA
juga berambisi menjangkau lebih baik pendengarnya di daratan RRC
-- terutama dengan program pelajaran bahasa Inggris.
Sementara itu pemerintah Australia di Canberra mendapat tekanan
di dalam negeri agar daya pemancar baru di Darwin
dilipatgandakan. Sasaran utamanya ialah juga pendengar di
Indonesia, tentu saja.
Kantor perwakilan RA yang kini berada di kompleks PT IRTI,
Jakarta Pusat, Setiap hari menerima rata-rata 600 surat. Sejak
wartawan ABC terakhir Warwick Beutler terpaksa meninggalkan
Indonesia (18 Juni 190), kantor perwakilan itu kini hanya
mengurusi surat pendengar, dan menyalurkan secara gratis buku
English from Radio Australia. Jilid I buku itu sudah
disalurkannya sebanyak 150 ribu. Kini sedang dicetak 50 ribu
lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini