Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Obral Diskon untuk Mendongkrak Daya Beli Konsumen yang Melemah. Bisakah?

Pemerintah mendorong pertumbuhan bisnis retail dengan obral diskon akhir tahun. Stimulus sementara.

26 Desember 2024 | 12.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gerai pakaian yang menawarkan potongan harga di mal Senayan City, Jakarta, 24 Desember 2024. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Melemahnya daya beli masyarakat berpengaruh pada industri retail dalam negeri.

  • Pemerintah dan pengusaha memberi diskon hingga 70 persen di ratusan tempat belanja pada akhir tahun.

  • Diskon belanja bukan solusi jangka panjang menyelesaikan melemahnya daya beli masyarakat.

MENJELANG akhir tahun, pemerintah dan pelaku usaha mencoba mendorong pertumbuhan bisnis retail yang tertekan akibat melemahnya daya beli masyarakat. Sejumlah program pemberian diskon barang dilakukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat sekaligus menggairahkan kembali bisnis retail.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) bersama Kementerian Perdagangan menggelar program Every Purchase is Cheap (EPIC) yang menawarkan potongan harga hingga 70 persen. Potongan harga dalam program EPIC Sale berlaku untuk enam bahan pokok, yaitu beras, gula, minyak goreng, telur, bawang merah, dan bawang putih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Langkah ini juga bertujuan meredam kenaikan harga bahan pokok selama periode Natal dan tahun baru. Program ini berlaku pada 22-31 Desember 2024 di semua retail modern anggota Aprindo. Targetnya, dalam 11 hari, omzet penjualan retail bisa menembus Rp 14,5 triliun.  

"Kami berharap potongan harga dapat mendongkrak penjualan di tengah kondisi ekonomi saat ini," ujar Ketua Umum Aprindo Solihin pada Rabu, 25 Desember 2024. Lewat program EPIC Sale, ia berharap dapat terjadi peningkatan belanja sebesar 8 persen di tengah penurunan konsumsi rumah tangga saat ini. 

Pada kuartal III 2024, Badan Pusat Statistik mencatat konsumsi rumah tangga sebesar 4,91 persen atau tumbuh melambat dibanding pada kuartal II yang sebesar 4,93 persen. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2024 juga turun dibanding periode yang sama pada tahun lalu yang sebesar 5,05 persen. 

Solihin mengatakan pelemahan daya beli masyarakat memang berpengaruh signifikan terhadap sektor retail. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan pola belanja masyarakat. Kini konsumen cenderung memilih produk dengan harga terjangkau, bahkan mengurangi jumlah barang yang dibeli.

Aprindo mencatat nilai transaksi di retail modern merosot 20-30 persen tahun ini. Selain itu, lebih dari 400 gerai retail tutup, terutama akibat kenaikan biaya sewa yang drastis. Pertumbuhan bisnis retail pun diproyeksikan menurun, dari 5,3 persen pada 2023 menjadi 4,8 persen pada 2024.

Promosi potongan harga yang ditawarkan oleh salah satu gerai pakaian di mal Senayan City, Jakarta, 24 Desember 2024. TEMPO/Tony Hartawan

Himpunan Peritel dan dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) pun tak menampik bahwa penurunan konsumsi menyebabkan pertumbuhan di sektor retail melambat. Untuk mendongkrak penjualan, Hippindo bersama Asosiasi Pengelola Pusat Belanja (APPBI) juga menggelar program diskon akhir tahun bertajuk Belanja di Indonesia Aja (BINA). 

Program BINA, yang berlangsung pada 20-29 Desember 2024, menawarkan diskon mulai 50 persen hingga 74 persen. Masyarakat dapat menikmati potongan harga dari 800 merek global, lokal, ataupun usaha mikro, kecil, dan menengah yang digelar 380 perusahaan di 396 pusat belanja di seluruh Indonesia. 

Wakil Ketua Umum Bidang UMKM dan Markom Hippindo Fetty Kwartati mengatakan program diskon akhir tahun sangat penting karena transaksi sepanjang periode Natal dan tahun baru berkontribusi hingga 20 persen sepanjang tahun. Bersama Kementerian Perdagangan, Hippindo menargetkan total transaksi hingga 30 persen atau senilai Rp 22 triliun dari program ini. Menteri Perdagangan Budi Santoso berujar Kementerian Perdagangan berkomitmen mendukung kebijakan yang berpihak pada pengembangan usaha retail. Langkah ini juga sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan ketiga 2024 sebesar 4,96 persen, lebih lambat dibanding pada kuartal kedua yang tumbuh 5,05 persen. 

Budi menilai beragam program diskon dapat mendukung daya beli masyarakat di tengah tantangan ekonomi global. "Program EPIC Sale yang menawarkan diskon besar-besaran dan kemudahan bagi konsumen menjadi sinergi pemerintah dan pelaku usaha dalam mendukung daya beli masyarakat,” katanya di Tangerang pada Ahad, 22 Desember 2024.Menurut dia, program potongan harga yang digelar bersama pelaku retail juga dapat menjadi ajakan bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk lebih bangga dan peduli terhadap produk lokal. Dengan memilih berbelanja produk lokal, kata dia, masyarakat secara langsung berkontribusi menggerakkan roda perekonomian, menciptakan lapangan kerja, serta menumbuhkan perekonomian nasional.

Tidak hanya membidik penjualan di retail modern, Kementerian Perdagangan juga mendorong peningkatan transaksi melalui e-commerce lewat program Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas. Berlangsung pada 10-16 Desember, Harbolnas ditargetkan meraup transaksi senilai Rp 40 triliun. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis beragam program diskon belanja yang digelar menjelang Natal 2024 dan tahun baru 2025 dapat mendongkrak transaksi hingga Rp 80 triliun. Dari program EPIC Sale saja, ia menaksir transaksi per hari akan mencapai Rp 1,2 triliun.   

Politikus Partai Golkar itu menilai diskon menjadi cara efektif meningkatkan transaksi perdagangan. Di sisi lain, menurut dia, potongan harga akan meningkatkan minat masyarakat berbelanja produk lokal. "Secara tidak langsung berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian negara," ucap Airlangga pada Ahad, 22 Desember 2024.

Perihal obral diskon sebagai strategi mengerek daya beli masyarakat juga pernah diungkapkan oleh Bank Indonesia. Pada September 2024, Bank Indonesia mencatat penjualan eceran terkontraksi 2,5 persen dibanding pada bulan sebelumnya akibat berakhirnya program diskon pada momentum hari ulang tahun Republik Indonesia. Pada Oktober 2024, kinerja penjualan eceran yang tercatat dalam indeks penjualan riil hanya tumbuh tipis 1,5 persen secara tahunan.  Ekonom dari Center of Economic and Law Studies, Nailul Huda, berpendapat program diskon akhir tahun bisa mendongkrak penjualan retail. Ia menjelaskan, terdapat dua faktor yang bisa meningkatkan permintaan konsumen, yaitu harga dan pendapatan. Diskon akan menyebabkan harga lebih murah. Begitu juga dengan pendapatan yang akan meningkat seiring dengan adanya bonus akhir tahun. Maka setiap akhir tahun semestinya konsumsi rumah tangga bisa membaik karena dua faktor pendorong itu. 

Namun Nailul memperkirakan peningkatan transaksi pada akhir tahun ini tidak akan terlampau optimal karena ada expected inflation (inflasi yang diantisipasi). "Ditambah dorongan penghematan konsumsi rumah tangga yang disebabkan oleh isu kenaikan tarif pajak pertambahan nilai atau PPN," katanya kepada Tempo, Rabu, 25 Desember 2024. Pemerintah akan menaikkan PPN menjadi 12 persen mulai tahun depan.

Ia menekankan pemberian diskon hanya akan berdampak pada pertumbuhan penjualan dalam jangka pendek. Dalam jangka menengah dan panjang, sektor retail akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Sementara itu, kebijakan pemerintah yang cenderung kontraktif akan membuat daya beli makin lemah. Pemberlakuan PPN 12 persen juga akan memicu kenaikan harga dan jasa yang berdampak pada turunnya daya beli masyarakat. 

Sementara itu, peneliti dari Lembaga Kajian Next Policy, Shofie Azzahrah, mengatakan diskon untuk barang kebutuhan pokok bisa meningkatkan konsumsi rumah tangga sekaligus menggerakkan perekonomian. Sebab, konsumsi rumah tangga menyumbang 55 persen dari produk domestik bruto (PDB). "Peningkatan konsumsi rumah tangga bisa memicu sektor-sektor pendukungnya ikut menggeliat, seperti sektor logistik, distribusi, dan produksi barang," tuturnya. 

Namun ia juga berpandangan program diskon hanya bersifat sementara. Sementara itu, untuk menjaga daya beli dalam jangka panjang, pemerintah perlu memiliki strategi yang baik untuk mengendalikan inflasi barang kebutuhan pokok. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memberikan insentif kepada produsen barang kebutuhan pokok agar bisa menekan kenaikan harga. Selain itu, pemerintah bisa menyalurkan insentif pajak agar masyarakat dapat meningkatkan pendapatan riil.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Joniansyah Hardjono berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Reporter di Tempo

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus