Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tak Ada Bendera Di Bawen

Rencana pendirian pabrik susu oleh Bawean Pertiwi (patungan antara PT. Friesche Vlag dengan PT. Margorejo) ditolak BKPM, presiden Soeharto menyerahkan pendirian pabrik susu tersebut kepada koperasi. (eb)

26 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEPUTUSAN Presidcn Soeharto menyerahkan pendirian pabrik susu di Bawen, Kabupaten Semarang kepada koperasi disambut bagaikan guyuran air segar oleh pemerah susu di sana. Juga oleh Soetikno Widjaja, 55 tahun pengusaha nonpri kenamaan di Semarang. Soetikno, yang ditemui Hamid Darminto dari TEMPO di rumahnya di Jl. Pemuda, mengaku punya seribu ekor sapi perah bibit unggul dan siap mendirikan pabrik susu bersama koperasi. "Tapi yang saya rencanakan ini adalah produksi susu murni, bukan yang berasal dari susu bubuk impor," kata Soetikno. Tak begitu jelas berapa banyak uang yang akan diinvestasikan oleh pengusaha dari Semarang itu. Demikian juga koperasi yang akan rnenjadi partnernya. Tapi gagasan mendirikan pabrik susu murni itu nampaknya dimaksudkan sebagai pengganti rencana pendirian pabrik susu oleh PT Bawen Pertiwi--usaha patungan antara PT Friesche Vlag, PT Margorejo di Yogyakarta dan koperasi yang akhirnya ditolak oleh BKPM. PT Friesche Vlag, PMA Belanda cap Bendera yang patungan dengan PT Mantrust itu, mengajukan permohonan mendirikan pabrik susu di Bawen 6 April 1981. Penanaman modal patungan itu direncanakan akan menelan Rp 9,1 milyar. Segala persiapan untuk membeli mesin-mesin konon sudah matang. Tapi ternyata penolakan BKPM itu baru diputuskan setelah permohoan itu berumur 5 bulan. Menurut ketentuan kalau memang ditolak, harus sudah diputuskan sebulan setelah permohonan dimasukkan. Mengapa begitu lama? "Ya, setelah diteliti dengan cermat, maka lebih baik ditolak," kata Ketua BKPM Suhartoyo. Lagipula, "pabrik susu bubuk sudah tertutup bagi PMA sesuai Daftar Skala Prioritas (DSP) 1981." Segitiga Sapi Keterangan dari BKPM itu akan lebih jelas kalau saja diketahui latarbelakang, PT Vriesche Vlag mengajukan permohonan. Alkisah, pihak Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Ja-Teng sudah lama mengeluh mengenai produksi susu di Ja-Teng yang belum tertampung karena belum ada pabrik susu di sana. Akibatnya susu Ja-Teng dilempar ke Ja-Tim, ke pabrik susu Nestle, tapi tak langsung. PMA dari Swiss itu menerima susu sapi Ja-Teng dari koperasi-koperasi susu di Ja-Tim: KUD Batu di Malang, Koperasi Setia Kawan di Banyuwangi, Koperasi Suka Makmur dan Koperasi Sinau Andandani Ekonomi (SAE). Keinginan Ja-Teng untuk memiliki pabrik susu sendiri itu pada rnulanya konon disambut oleh Menteri Muda Koperasi Bustanil Arifin. Salah satu sebabnya, seperti kata seorang manajer KUD di Ja-Teng, karena Bawen Pertiwi itu kelak ingin menyalurkan 50% sahamnya untuk koperasi-koperasi susu di Ja-Teng, lewat GKSI. Yang bakal ditampung adalah susu segar yang diawetkan, sebanyak 30 ribu liter sehari. Dari mana susunya? Soctjipto, manajer KUI di Ja-Teng itu, merasa makin produksi susu di Ja-Teng yang sekarang 20 ribu liter sehari akan mencapai 30 ribu liter lebih pada akhir 1981. Dia memberi contoh KUD-nya yang "awal tahun ini baru menerima 300 liter sehari, dan sekarang sudah nga ribu liter." Pendapat senada juga dikemukakan Soebijanta, Ketua BKPMD Ja-Teng "Tak perlu khawatir kalau soal susu,' katanya kepada TEMPO. Di Ja-Teng ada "segitiga susu" yang membentang dari Karanganyar ke Boyolali terus ke utara berpuncak di Bawen, untuk kemudian turun ke selatan lagi melebar ke barat sampai Purwokerto dan berakhir di Baturaden. Titik puncaknya memang di Bawen. Akan halnya rencana pabrik susu di lawen yang ditolak itu Soebijanto tak mau bicara banyak. Hanya saja, menurut Ketua BKPMD Ja-Teng itu, rencana tersebut sebenarnya sudah masuk ke kantornya sejak Oktober 1979. Tapi kalau Bawen Pertiwi sampai jadi berdiri, Soebijanto tak yakin itu bisa mendepak koperasi. Seperti diketahui, Ketua BKPM berpendapat dimasukkannya koperasi ke dalam rencana investasi itu adalah sebagai "tiket" saja. Nyatanya semua susu sapi yang ada di Ja-Teng sudah dikuasai oleh KUD. Dari para peternak, KUD Semarang Selatan membelinya Rp 200/liter. Sedang kepada Koperasi Setia Kawan di Ja-Tim dijual Rp 235/liter sampai di Surabaya. Menurut catatan TEMPO, pada 1979 Ja-Teng memiliki 7,5 juta liter susu sapi atau sekitar 20 ribu liter sehari. Susu ini diperas dari berbagai jenis sapi: mulai dari yang bantuan Presiden (sapi Banpres), dari Panca Usaha Sapi Perah (PUSP), milik KUD sampai sapi lokal milik perorangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus