KEPUTUSAN Presidcn Soeharto menyerahkan pendirian pabrik susu
di Bawen, Kabupaten Semarang kepada koperasi disambut bagaikan
guyuran air segar oleh pemerah susu di sana. Juga oleh Soetikno
Widjaja, 55 tahun pengusaha nonpri kenamaan di Semarang.
Soetikno, yang ditemui Hamid Darminto dari TEMPO di rumahnya di
Jl. Pemuda, mengaku punya seribu ekor sapi perah bibit unggul
dan siap mendirikan pabrik susu bersama koperasi. "Tapi yang
saya rencanakan ini adalah produksi susu murni, bukan yang
berasal dari susu bubuk impor," kata Soetikno.
Tak begitu jelas berapa banyak uang yang akan diinvestasikan
oleh pengusaha dari Semarang itu. Demikian juga koperasi yang
akan rnenjadi partnernya. Tapi gagasan mendirikan pabrik susu
murni itu nampaknya dimaksudkan sebagai pengganti rencana
pendirian pabrik susu oleh PT Bawen Pertiwi--usaha patungan
antara PT Friesche Vlag, PT Margorejo di Yogyakarta dan koperasi
yang akhirnya ditolak oleh BKPM.
PT Friesche Vlag, PMA Belanda cap Bendera yang patungan dengan
PT Mantrust itu, mengajukan permohonan mendirikan pabrik susu di
Bawen 6 April 1981. Penanaman modal patungan itu direncanakan
akan menelan Rp 9,1 milyar. Segala persiapan untuk membeli
mesin-mesin konon sudah matang. Tapi ternyata penolakan BKPM itu
baru diputuskan setelah permohoan itu berumur 5 bulan.
Menurut ketentuan kalau memang ditolak, harus sudah diputuskan
sebulan setelah permohonan dimasukkan. Mengapa begitu lama? "Ya,
setelah diteliti dengan cermat, maka lebih baik ditolak," kata
Ketua BKPM Suhartoyo. Lagipula, "pabrik susu bubuk sudah
tertutup bagi PMA sesuai Daftar Skala Prioritas (DSP) 1981."
Segitiga Sapi
Keterangan dari BKPM itu akan lebih jelas kalau saja diketahui
latarbelakang, PT Vriesche Vlag mengajukan permohonan. Alkisah,
pihak Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Ja-Teng sudah lama
mengeluh mengenai produksi susu di Ja-Teng yang belum tertampung
karena belum ada pabrik susu di sana. Akibatnya susu Ja-Teng
dilempar ke Ja-Tim, ke pabrik susu Nestle, tapi tak langsung.
PMA dari Swiss itu menerima susu sapi Ja-Teng dari
koperasi-koperasi susu di Ja-Tim: KUD Batu di Malang, Koperasi
Setia Kawan di Banyuwangi, Koperasi Suka Makmur dan Koperasi
Sinau Andandani Ekonomi (SAE).
Keinginan Ja-Teng untuk memiliki pabrik susu sendiri itu pada
rnulanya konon disambut oleh Menteri Muda Koperasi Bustanil
Arifin. Salah satu sebabnya, seperti kata seorang manajer KUD di
Ja-Teng, karena Bawen Pertiwi itu kelak ingin menyalurkan 50%
sahamnya untuk koperasi-koperasi susu di Ja-Teng, lewat GKSI.
Yang bakal ditampung adalah susu segar yang diawetkan, sebanyak
30 ribu liter sehari.
Dari mana susunya? Soctjipto, manajer KUI di Ja-Teng itu,
merasa makin produksi susu di Ja-Teng yang sekarang 20 ribu
liter sehari akan mencapai 30 ribu liter lebih pada akhir 1981.
Dia memberi contoh KUD-nya yang "awal tahun ini baru menerima
300 liter sehari, dan sekarang sudah nga ribu liter."
Pendapat senada juga dikemukakan Soebijanta, Ketua BKPMD Ja-Teng
"Tak perlu khawatir kalau soal susu,' katanya kepada TEMPO. Di
Ja-Teng ada "segitiga susu" yang membentang dari Karanganyar ke
Boyolali terus ke utara berpuncak di Bawen, untuk kemudian turun
ke selatan lagi melebar ke barat sampai Purwokerto dan berakhir
di Baturaden. Titik puncaknya memang di Bawen.
Akan halnya rencana pabrik susu di lawen yang ditolak itu
Soebijanto tak mau bicara banyak. Hanya saja, menurut Ketua
BKPMD Ja-Teng itu, rencana tersebut sebenarnya sudah masuk ke
kantornya sejak Oktober 1979. Tapi kalau Bawen Pertiwi sampai
jadi berdiri, Soebijanto tak yakin itu bisa mendepak koperasi.
Seperti diketahui, Ketua BKPM berpendapat dimasukkannya koperasi
ke dalam rencana investasi itu adalah sebagai "tiket" saja.
Nyatanya semua susu sapi yang ada di Ja-Teng sudah dikuasai oleh
KUD. Dari para peternak, KUD Semarang Selatan membelinya Rp
200/liter. Sedang kepada Koperasi Setia Kawan di Ja-Tim dijual
Rp 235/liter sampai di Surabaya. Menurut catatan TEMPO, pada
1979 Ja-Teng memiliki 7,5 juta liter susu sapi atau sekitar 20
ribu liter sehari. Susu ini diperas dari berbagai jenis sapi:
mulai dari yang bantuan Presiden (sapi Banpres), dari Panca
Usaha Sapi Perah (PUSP), milik KUD sampai sapi lokal milik
perorangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini