Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RUPANYA, PT Bimantara Siti Wisesa (BSW) dan Perusahaan Daerah Air Bersih (PDRM) Surabaya belum jodoh. Awal Mei lalu, kedua perusahaan itu sepakat akan membangun dan mengelola proyek air minum berkapasitas 4.000 liter per detik. Airnya akan diambil dari mata air Umbulan, di kaki Gunung Bromo. BSW akan membangun di hulu, kemudian PDAM akan memasarkan hasilnya ke pusat-pusat perindustrian di sekitar Gerbang Kertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan). Kesepakatan tadi, rupanya, hanya berumur 3 bulan. Jumat 2 pekan silam, keduanya telah meneken berita acara pemutusan hubungan kerja. Adalah pihak BSW yang mengundurkan diri. Apa pasal? "Sebenarnya, tak ada apa-apa. Kami mengundurkan diri, hanya dengan beberapa catatan," kata M. Tachril Sapi'ie, Direktur BSW merangkap Vice President Bimantara Citra. Semula BSW tertarik pada undangan Pemda Ja-Tim, untuk mengelola konsesi air bersih. "Tentu dengan perhitungan duit bisa kembali," ucap Tachril. PDAM berurusan dengan masyarakat, sedangkan BSW membatasi diri untuk berurusan dengan PDAM saja. Menurut Corporate Secretary Bimantara Group, Harry Kuntoro, sebenarnya pihak PDAM telah menawarkan seluruh proyek itu sampai ke tingkat pelanggan di hilir. "Terus terang, kami belum sanggup. Memasang jaringan distribusi itu rumit. Kalau sedang menggali, lalu ketemu kabel listrik atau kabel telepon, bagaimana? Belum lagi jika harus membebaskan tanah di perumahan," ujar Harry. Karena itu, BSW mengajukan dua syarat yang harus dipenuhi dulu oleh pihak PDAM: pertama, bereskan jaringan distribusi. Kedua, PDAM bersedia membayar seluruh hasil proyek itu nantinya. Apa yang dikatakan Tachril dan Harry dibenarkan oleh pihak Pemda Ja-Tim. "Ada 2 hal pokok yang harus dipecahkan," ujar Sekwilda Ja-Tim Soeprapto kepada TEMPO yang dalam wawancara didampingi Dirut PDAB Ir. Zainuddin Djapri dan staf. Masalah pertama, PDAM belum bisa memberikan jaminan bahwa seluruh produksi air bersih dapat dipasarkan sepenuhnya (4.000 liter per detik). PDAM baru bisa menjanjikan pemasaran minimal 2.700 liter per detik untuk Femasangan pipa-pipa transmisi dan jaringan distribusi, diperlukan dana sekitar Rp 325 milyar, hendak dicari dari IGGI. Menurut Harry Kuntoro, Bimantara harus menyiapkan modal investasi US$ 100 juta--US$ 125 juta (sekitar Rp 177 milyar--Rp 220 milyar) "Kami hanya perlu menyediakan 30%. Sebab, beberapa bank pemerintah dan swasta mau membantu 70O. Hanya saja, mereka minta kepastian tentang pembayaran dari PDAM," Harry menjelaskan lebih jauh. . Proyek air Umbulan dimenangkan Bimantara lewat tender, Agustus 1988. Semula ada 11 perusahaan, membeli dokumen tender seharga Rp 2 juta. Yang menyerahkan kembali ternyata hanya Bimantara dan Bromo Consortium. Yang terakhir ini adalah konsorsium dari tujuh perusahaan dalam dan luar negeri, dipimpin PT Duta Comfact - preskomnya adalah Tantyo A.P. Sudharmono. Bimantara meminta hasil penjualan selama 17 tahun, sedangkan Bromo Consortium meminta 15 tahun. Ternyata, Bimantara diunggulkan, "Terutama karena ia memakai pembiayaan rupiah, dan sejauh mungkin memakai komponen produksi dalam negeri," kata Sekwilda Ja-Tim. Setelah Bimantara mundur, pihak PDAM hendak memanggil lagi Bromo Consortium. Tapi Gubernur Ja-Tim mengatakan bahwa Bimantara belum 100% mengundurkan diri. "Syarat Bimantara masih dihitung. Kalau kami tak bisa memberikan jaminan, barulah mundur," kata Gubernur Soelarso.Wahyu Muryadi (Surabaya), Syairi Basri, dan MW (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo