Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tak Secantik Ekonomi Tetangga

14 Agustus 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INILAH kontroversi yang sedang hangat. Dunia usaha menjerit, daya beli turun, dan bisnis lesu. Pemerintah membela diri dengan menyodorkan angka pertumbuhan ekonomi masih 5,01 persen sejak awal Juli 2016 hingga akhir Juni 2017. Jadi semua semestinya baik-baik saja.

Pembelaan diri pemerintah seolah-olah kian meyakinkan jika melihat indeks harga saham gabungan (IHSG) yang tampak sehat walafiat. Merujuk pada indeks ini, investor di bursa saham Indonesia masih memperoleh imbal hasil investasi 14,6 persen dalam setahun terakhir, sama sekali tak mencerminkan kelesuan ekonomi. Posisi IHSG hanya minus jika dibandingkan dengan sebulan yang lalu. Tapi, dalam semua periode lain, semuanya naik (lihat tabel). Artinya, kenaikan itu merupakan tren yang konsisten dalam setahun terakhir.

Yang lebih menarik, tren positif ini tetap bertahan kendati dalam tiga bulan terakhir sudah terjadi "perdarahan" dana investor asing. IHSG masih plus 2,08 persen saat lebih banyak dana asing yang keluar ketimbang yang masuk. Menurut data RTI, secara netto, aliran dana investor asing yang keluar senilai Rp 16,72 triliun per Kamis pekan lalu. Kesimpulannya, investor domestik yang lebih dominan menggerakkan bursa saham. Dari total transaksi senilai Rp 468,7 triliun selama tiga bulan, 59,28 persen di antaranya melibatkan investor lokal, lebih besar daripada aktivitas asing.

Ini tentu gejala baik. Peran investor domestik yang lebih besar merupakan cita-cita lama pengelola bursa. Ketergantungan pada asing menjadi lebih rendah sehingga pasar modal Indonesia menjadi lebih tahan jika ada gejolak global. Dalam bahasa teknis, basis investor pasar modal menjadi lebih "dalam" dan stabil.

Namun masih ada satu catatan. Idealnya, peran domestik yang lebih besar terwujud bukan dengan menggantikan asing. Jadi, ketika peran investor domestik membesar, ukuran pasar seharusnya juga ikut menjadi lebih besar. Hasil akhirnya, investor asing tetap hadir, tapi investor domestik yang lebih dominan.

Jika merujuk pada ukuran pasar yang relatif tidak berubah, kondisi pendalaman pasar yang ideal itu sepertinya belum terjadi. Selama 2016, rata-rata nilai transaksi harian di bursa tercatat Rp 7,49 triliun. Sementara itu, sepanjang 2017, hingga Kamis pekan lalu, rata-rata nilai transaksi harian Rp 7,42 triliun, relatif stagnan. Ukurannya tetap, komposisinya saja yang berbeda. Domestik kini dominan karena asing hengkang.

Keluarnya dana asing dari bursa Jakarta selama tiga bulan terakhir juga berlawanan dengan tren di pasar global. Setelah sempat terguncang oleh rencana pemangkasan aset The Federal Reserve yang dapat mengeringkan likuiditas di pasar global, dalam sebulan terakhir justru aliran dana kembali deras masuk ke pasar negara berkembang. Inilah yang agak mengkhawatirkan. Ketika pasar-pasar berkembang lain kembali berpesta, Indonesia justru berdarah.

Menurut pelacakan lembaga riset EPFR Global, yang dikutipFinancial Times, selama sepekan hingga 2 Agustus 2017, dana senilai US$ 2,2 miliar mengalir ke pasar saham di negara berkembang, sedangkan pasar obligasi mendapat US$ 1,9 miliar. Total sejak awal tahun sudah ada US$ 90 miliar dana investasi yang mengalir ke pasar negara berkembang.

Keluarnya dana asing dari bursa Indonesia dalam tiga bulan terakhir seolah-olah menjadi antitesis naiknya peringkat ataupun bagusnya kondisi ekonomi Indonesia. Jika investor asing kita anggap sebagai wasit kontroversi soal kondisi ekonomi, jelas sudah penilaiannya. Di mata mereka, kinerja ekonomi Indonesia untuk sementara ini tidaklah secantik ekonomi negara-negara berkembang lainnya.

Yopie Hidayat - Kontributor Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus