Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Grup Texmaco seakan identik dengan utang macet. Belum lagi jelas cara pelunasan letter of credit senilai Rp 680 miliar ke PT Bank Negara Indonesia Tbk., Texmaco kembali menunda pembayaran utang.
Pekan lalu, PT Bina Prima Perdana dan PT Jaya Perkasa Engineering tidak membayar kupon bunga obligasi (exchangeable bonds) senilai Rp 139 miliar ketika jatuh tempo. Kedua perusahaan itu kerap diistilahkan sebagai newco.
Sekadar mengingatkan, tahun lalu BPPN merestrukturisasi utang macet Texmaco sebesar Rp 29 triliun. Caranya, utang itu dialihkan pada dua perusahaan, yaitu Bina dan Jaya. Bina menguasai tagihan BPPN ke perusahaan Texmaco yang bergerak di bidang tekstil, sementara Jaya mendapatkan tagihan untuk perusahaan-perusahaan penghasil mesin.
Untuk mengambil alih utang Texmaco dari BPPN, Bina dan Jaya menerbitkan obligasi yang dapat ditukar dengan aset Texmaco pada Januari 2002. Obligasi tersebut dibagi dalam dua seri, dengan jangka waktu selama 11 tahun.
Namun, apa lacur, ketika kupon obligasi tersebut jatuh tempo untuk pertama kali 18 Agustus lalu, kedua perusahaan gagal membayar bunga ke BPPN. "Jadi, sudah masuk ke event of default," kata Deputi Ketua BPPN, M. Syahrial.
Artinya, perusahaan itu akan diberi waktu selama 30 hari untuk melakukan perbaikan (remedial period) atau restrukturisasi pembayaran. Jika selama periode itu tidak ada perbaikan dan tidak ada restrukturisasi ulang, "Maka, kami akan menyatakan gagal bayar."
Selanjutnya, kata Syahrial, akan dilakukan perhitungan berapa aset Texmaco yang bisa dieksekusi BPPN sebagai pembayaran utang. Jika jumlahnya kurang, BPPN akan meminta bos Grup Texmaco, Marimutu Sinivasan, agar menambahnya. "Karena masih ada jaminan pribadi."
Jajaran manajemen Grup Texmaco belum bisa dimintai komentar soal ini. Nina Kairupan, Direktur Komunikasi Grup Texmaco, tidak mengangkat telepon selulernya ketika dihubungi TEMPO.
Namun, sumber TEMPO di salah satu newco Texmaco membenarkan soal kupon obligasi yang pekan lalu sudah jatuh tempo. "Kami memang belum membayar bunga."
Bahkan, ia mengakui, kemungkinan kedua perusahaan mampu melunasi kupon bunga tahun ini kecil. Sebab, satu-satunya sumber dana Bina dan Jaya adalah pembayaran utang dari perusahaan-perusahaan operasional Texmaco. Celakanya, "Belum ada operating company yang menyetor uang."
Anehnya, kata sumber itu, BPPN tenang-tenang saja menghadapi persoalan ini. Setelah satu pekan berlalu dari tanggal jatuh tempo, tidak ada selembar pun surat peringatan gagal bayar (event of default notice) yang dikirim oleh BPPN ke Bina ataupun Jaya.
Tapi, soal ini dibantah Syahrial. "Sudah, (mereka) sudah gue marah-marahin."
BPPN telah memiliki strategi untuk menangani kegagalan pembayaran ini. "Kami tunggu masa penjualan lewat."
Penjualan yang dimaksud Syahrial adalah Program Penjualan Aset Strategis kedua. Obligasi kedua perusahaan senilai Rp 25,9 triliun termasuk satu dari empat aset yang dijajakan BPPN dalam program yang berlangsung September nanti.
Syahrial mengakui, persoalan gagal bayar bisa menurunkan harga jual obligasi kedua perusahaan. "Investor juga sudah tahu Texmaco gagal bayar."
Karena itu, ia mempersilakan para investor memasukkan gagal bayar tersebut sebagai salah satu faktor untuk menurunkan harga penawaran.
Jika ternyata tetap tidak laku, BPPN akan masuk kembali ke kesepakatan restrukturisasi utama. Namun, kendati ada kemungkinan mengambil alih Texmaco jika sudah dinyatakan gagal bayar, Syahrial mengisyaratkan bahwa BPPN belum tentu melakukannya. Sebab, jika mengambil alih, berarti BPPN harus menebar lagi uang untuk menghidupkan mesin uang Texmaco.
Sumber TEMPO di newco menyebut angka US$ 110 juta sebagai modal kerja minimal yang harus dibawa investor baru Texmaco. "Kalau ada uang segitu, baru bisa mutar kembali."
Jika begitu, opsi apa pun yang akan diambil oleh BPPN, tingkat pengembalian utang Texmaco tampaknya akan sangat rendah.
TGH/Thomas Hadiwinata
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo