Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ton datang, lalu pergi

H.r. dharsono, mengundurkan diri sebagai dirut pt. propelat.(eb)

28 Juni 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEDUNG bertingkat dua di Jl. R.E. Martadinata, Bandung, masih terasa lengang. PT Propelat, perusahaan konstruksi industri dan perdagangan umum milik Yayasan Kartika Siliwangi memang belum pulih benar dari sakitnya, akibat kena sabet krisis pertamina tempo hari. Karyawan yang dulu 300 sekarang tinggal 190. Tapi di bawah Dir-Ut Letjen H.R. Dharsono -- yang memimpin PT Propelat sejak 10 Desember 1978 -- perusahaan besar itu pelan-pelan mulai merangkak lagi. Tiba-tiba, di luar dugaan banyak pegawainya, bekas Panglima Siliwangi dan bekas Sekjen Asean itu, menyatakan mundur dari Propelat. "Dalam memelihara hubungan PT Propelat dengan pihak luar umumnya, teristimewa dengan pihak pemerintah, saya merasa kurang mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan," bunyi surat pengunduran diri yang ditandatangani Letjen Dharsono. Dalam surat itu juga disebutkan: "Karena atas pertimbangan tersebut, kehadiran saya sebagai dir-ut PT Propelat jelas akan menghambat kemajuan perusahaan yang akan dirasakan pula akibatnya oleh Propelat Grup sebagai keseluruhan." Utang Ada apa? "Jelasnya, PT Propelat di bawah pimpinan saya tidak dimungkinkan mendapat pekerjaan dan fasilitas dari pemerintah," ujar H.R. Dharsono. Ierkemeja warna krem, celana biru tua dengan rambut mulai memutih, tokoh Siliwangi yang biasa dipanggil Pak Ton ItU masih tetap ramping dan cekatan. Dia sendiri belum tahu betul apa yang akan dilakukannya setelah ini. "Tapi yang pasti saya ingin terus berkecimpung di bidang bisnis," katanya. Ayah dari tiga putra, tiga putri dan kakek dari dua cucu itu pada 1 Juli mendatang memasuki masa pensiun, dalam usia yang baru 55 tahun. Lahir di Kecamatan Pagunemungan, Pekalongan, ia memang tak dikenal berdarah dagang. Ayahnya juga seorang camat. Tapi beberapa karyawan mengakui adalah "Pak Ton yang sebenarnya berhasil meletakkan dasar-dasar untuk bangunnya kembali perusahaan yang hampir bangkrut itu." Selain utang sudah menggunung, tak ada satu bank pun yang senang memberi pinjaman kepada Propelat. Untuk membuktikan bahwa Propelat masih anggup merangkak, dijalin kerjasama dengan PT Mega Eltra, sebuah perusahaan negara. "Walaupun PT Propelat cuma mendapat 10% dari proyekyangdigarap PT Mega Eltra, toh kami tempuh juga sekedar untuk mendapat kepercayaan dari bank," kata Dharsono. Pihak Bank Dagang Negara pada akhir 1979 menyatakan bersedia untuk membantu PT Propelat. Adapun proyek-proyek yang berhasil dibangun dibawah konsorsium PT Mega Eltra adalah proyek transmigrasi di Riau, jalan raya Suryalaya di Banten, dua proyek PAM di Bekasi dan Pelabuhanratu. Seluruhnya berjumlah Rp 2 milyar. Ketika ditimpa kesulitan, kekayaan PT Propelat cuma senilai Rp 4 milyar. Sekarang belum dilakukan inventarisasi, tapi menurut Dharsono tak kurang dari Rp 5 milyar. Ir Bambang Hendarto Parikesit, 33tahun, Dir-Ut PT Mettana, salah sebuah anak perusahaan PT Propelat, punya penilaian sendiri tentang Letjen Dharsono. "Dulu saya agak ragu Pak Ton bisa berhasil memimpin Propelat, soalnya ia orang baru dalam dunia bisnis. Tapi keraguan saya hilang setelah ternyata setapak demi setapak PT Propelat maju kembali, " kata Bambang. "Memang seorang dir-ut tidak mutlak orang yang menguasai masalah teknis. Cukup dia bertindak sebagai pimpinan yang punya banyak relasi. Dan khusus dalam soal relasi Pak Ton boleh diandalkan." H.R. Dharsono, orang populer yang disukai banyak bawahan di Propelat itu memang lincah dalam bergaul. Tapi dalam hal relasi itu pula belakangan ini banyak pintu mulai ia rasakan tertutup. "Apa boleh buat, lebih baik ia sendiri yang mundur daripada timbul banyak korban," ujar Bambang pula.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus