Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tsunami di Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018, telah menghancurkan sebagian pesisir wilayah Banten dan Lampung serta menyebabkan ratusan orang tewas. Dalam Jurnal Geologi Indonesia Volume III 4 Desember 2008 berjudul "Tsunamigenik di Selat Sunda: Kajian Terhadap Katalog Tsunami Soloviev" yang ditulis oleh Yudhicara dan K Budiono mencatat, wilayah Selat Sunda telah beberapa kali mengalami tsunami.
Baca: Tsunami Selat Sunda, 6 Korban Jalani Operasi di RSUD Tarakan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak tahun 416 hingga 1958 telah terjadi 11 kali tsunami di Selat Sunda yang disebabkan berbagai faktor baik pergeseran lempeng maupun aktivitas vulkanik Gunung Api atau yang menjadi cikal bakal Gunung Krakatau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam jurnal tersebut, tsunami yang terjadi akibat erupsi gunung api bawah laut Krakatau terjadi pada tahun 416, 1883, dan 1928. Kemudian dari faktor gempa bumi terjadi 1722, 1852, dan 1958. Penyebab lainnya seperti diduga akibat kegagalan lahan berupa longsoran baik di kawasan pantai maupun di dasar laut terjadi pada tahun 1851, 1883, dan 1889.
Sementara yang terbaru pada Sabtu kemarin, gelombang tinggi yang diklaim sebagai tsunami masih dicari penyebabnya. Dugaan awal, gelombang tinggi tersebut berasal dari longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau.
Sepanjang sejarah letusan, busur gunung api bawah laut Krakatau telah mengalami empat tahap pembangunan dan tiga tahap penghancuran. Kondisi geologi dasar laut Selat Sunda tergolong labil, hal ini disebabkan oleh perkembangan struktur geologi aktif yang membentuk terban. Terban ini berpotensi menimbulkan longsor akibat gempa bumi.
Jejak sejarah letusan hingga menyebabkan tsunami terjadi pada tahun 1883. Letusan Gunung Krakatau itu menarik perhatian dunia, karena material yang dikeluarkan menyebabkan tsunami di Sumatera baguan selatan dan Jawa Barat bagian barat. "Sedikitnya 36.000 jiwa meninggal dunia akibat letusan dan gelombang tsunami," tulis jurnal tersebut.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sebelumnya menyebut aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau ditengarai sebagai penyebab dari tsunami yang melanda pesisir pantai Banten dan Lampung. Erupsi diperkirakan terjadi pada pukul 21.17 WIB dan mengakibatkan gelombang arus pasang naik.
Selain erupsi, menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rachmat Triyono tsunami Selat Sunda juga dipicu oleh gelombang pasang karena bulan purnama. "Ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama ada gelombang tinggi, ada bulan purnama namun juga terjadi erupsi Anak Gunung Krakatau yang diduga mengakibatkan tsunami," katanya, Minggu, 23 Desember 2018.
ANTARA I TAUFIQ SIDDIQ